Bagaimana Memilih Ide Cerita?


blog sittakarina - bagaimana memilih ide cerita“I begin with an idea and then it becomes something else.”

 Begitu kata Pablo Picasso.

Saya selalu suka ngobrol soal proses kreatif membuat cerita.

Baik membuat cerita maupun ngobrolinnya, semua bisa dilakukan sambil ngopi—santai tapi serius.

Yang jelas, ide-ide tersebut amatlah berharga. Jangan sampai orang sampai tahu ide ceritamu sebelum ceritanya sendiri rampung dibuat!

Begitu banyak ide cerita berseliweran di kepala, lantas bagaimana memilihnya untuk digarap jadi kesatuan ide dasar cerita yang solid, yang selama ini kita kenal sebagai premis?

Ikuti tahap demi tahap caranya di sini, dimulai dari menuliskan semua calon ide cerita tersebut agar tidak lupa.

Pertama-tama, ide yang akan kita kembangkan jadi cerita haruslah cukup kuat.

Kalau tidak, cerita yang kita buat malah jadi kedodoran atau malah stuck di tengah jalan.

Nah, kita lihat yuk momen seperti apa yang membuat ide tersebut muncul; apakah ide cerita pop up saat kita tengah bersemangat membaca novel favorit dan “terinspirasi” membuat kisah serupa?

Atau ide muncul ketika kita tiba-tiba teringat masalah pelik zaman SMP yang saat ini sudah kita ketahui solusinya? Pilihan saya pasti jatuh pada yang kedua (walau sering tergoda untuk lakukan yang pertama 😂).

Ide yang berasal dari kisahmu sendiri akan lebih berkilau ketika dijadikan cerita.

Ini karena hanya kamu yang paling tahu denyut kisahnya secara mendetail. Ide seperti itulah yang akan menjadikan ceritamu unik, lain dari yang lain.

Baca juga: Bikin Judul Cerita yang “Catchy”

Contoh calon ide:

  • Jehan bosan dengan liburan sekolah
  • Jehan mengikuti tantangan bermain truth or dare berantai

Apakah cukup berbekal satu atau dua ide saja untuk menyusun cerita yang bagus, terstruktur, dan membuat penulisnya bersemangat menulis dari paragraf pertama sampai kata terakhir?

Ternyata tidak. Dua calon ide di atas hanya bisa disusun sebagai bagian awal cerita saja.

Sebelum menggunakannya dalam cerita, kita mesti melihat kembali apakah calon ide ini:

  1. bermuatan masalah? Sebuah cerita yang ideal harus memiliki masalah di dalamnya. Hal ini ditandai dengan adanya konflik internal maupun eksternal si tokoh.
  2. dapat disusun menjadi premis cerita yang terdiri dari plot “awal – tengah – akhir”? Pastikan kesatuan ide tersebut harus bisa menunjukkan ringkasan cerita secara menyeluruh 🙂
  3. dapat dimasukkan ke dalam kategori cerita / genre tertentu? Setelah disusun menjadi premis, coba lihat kembali, apakah kamu bisa memutuskan akan menulis cerita dengan pendekatan seperti apa. Kalau premis tersebut masih terlihat amat umum, buat jadi lebih spesifik lagi.

Jika belum memenuhi 3 poin di atas, mari kita kembangkan lagi calon ide yang ada, atau cari lebih banyak lagi ide-idenya agar menjadi premis yang cukup kuat.

Premis inilah yang nantinya akan menjadi fondasi dalam menyusun kerangka cerita.

Untuk itu, saya perlu menambahkan beberapa calon ide lain (yang munculnya tidak bisa begitu saja dipaksakan) untuk menjadi sebuah premis solid yang di dalamnya terdapat plot “awal – tengah –akhir” seperti berikut:

(Awal) Jehan bosan dengan liburan sekolah, maka itu ia mencoba tantangan truth or dare. (Tengah) Ketika gilirannya bermain, Jehan menghilang. Ia merasa ada orang-orang di balik permainan ini yang tidak hanya bertanggung jawab terhadap nasibnya, tapi juga pemain-pemain lain sebelumnya. Ia berkenalan dengan Argya yang kadang bersikap sebagai kawan, kadang lawan. Jehan menyukai Argya, tapi hati kecilnya menyerukan ia tidak bisa mempercayai orang tersebut. (Akhir) Jehan berhasil menyelamatkan diri dan menguak sosok Argya sesungguhnya. 

Sudah punya beberapa calon ide untuk ceritamu?

Kalau ya, pssst, jangan katakan di sini! Just write them down.

Tapi, jangan lupa bagi cara apa saja yang biasa kamu lakukan untuk mendapatkan ide-ide tersebut di bagian komentar ya!

 

*) Feature image via @vintagestylist



Leave a Comment

  • (will not be published)


13 Responses

  1. asifa

    kalau untuk bisa mendapatakan penyelesaian dari konflik cerita nya gimana ka?

    Reply
    • Coba buat struktur awal-tengah-akhir sebelum cerita disusun. Pastikan kita sudah tahu beberapa alternatif penyelesaian konflik pada bagian akhir cerita. Jadi, tinggal pilih alternatif terbaik untuk menutup cerita tersebut.

  2. Terima kasih, Mbak, inspirasinya. Saya terbiasa menulis lepas, tanpa perencanaan, tapi seringkali mengambil dari pengalaman yang dimodifikasi, namun seringkali ditengah jalan stuck karena bingung harus dibawa kemana akhirnya. Hehe.

    Reply
  3. Anis amalia

    Saya waktu jaman SMK sering pakai alur: pengenalan tokoh, masalah, lalu penyelesaian. Alhamdulillah, dengan tiga tahap tersebut saya bisa menyelesaikan suatu naskah cerita dengan baik. Tapi, saya juga sangat sering menuliskan ide-ide yang datang tidak terduga. Alhasil, saya mengemas ide tak terduga tersebut dengan tiga tahap tadi. Btw, terima kasih banyak atas sharingnya. 😊😊

    Reply
  4. Nur Faiqa

    kalo mo nulis cerita langsung ga pake pilah pilah ide boleh ga ya? cari ide itu susah banget lho..bisa bisa malah cerita ga jadi jadi kan nantinya

    Reply
    • Nur Faiqa – Bisa saja. Beberapa penulis yang kukenal melakukan ini. Tapi, kadang di tengah-tengah proses kreatif bisa keteteran.