That LUKISAN HUJAN’s Hotel Mulia Scene…


blog.sittakarina.com_that-lukisan-hujan-scene

Edisi revisi Lukisan lebih sarat drama—dan romantis.

Ya, untuk menjadikan kisahnya lebih mendalam dengan detail-detail baru yang mendukung.

Ingin dapat diskon banyak?

Yuk, beli buku Lukisan Hujan di Lentera Hati Store maupun Tokopedia.

Sebelum itu, baca salah satu cuplikannya berikut ini:

—–

SELAMA seminggu ini hujan turun deras seolah langit sedih dan tak dapat membendung tangisnya. Suasana dingin di Bintaro Lakeside yang memiliki banyak taman dan hutan kecil bikin  mengantuk dan malas bergerak. Lapangan basket pun kontan sepi.

Diaz memang tidak berencana menghabiskan waktu bersama teman-temannya malam minggu ini. Ia sudah cabut sejak semalam ke Hotel Mulia, dijemput dua orang sepupu yang paling dekat dengannya, Reno dan Nara. Alasan ia langsung mengiayakan ajakan itu tak lain karena menurutnya Senayan masih kecipratan sinar matahari. Tidak seperti ujung selatan Jakarta yang belakangan dingin, lembab, dan becek.

“Balik ke Jakarta tanpa harus antre di airport dan bisa tidur di pesawat sambil meluk Dom Perignon? That’s what I call life.” Nara melempar koper berukuran mediumnya ke sudut kamar megah yang mereka tempati. Ia baru kembali dari Chicago, tempatnya berkuliah selama ini.

“Woi! Private jet Hanafiah Group harusnya buat urusan bisnis, bukan ngangkut elo balik ke Indo,” sembur Reno, cowok dengan raut paling halus, paling tampan di antara mereka bertiga.

Diaz hanya menggeleng melihat polah keduanya. “Kalian nggak berubah.”

“Elo juga,” Nara mengangkat botol bir yang baru dibuka, tersenyum hangat. “Masih kaku, galak, tapi itu yang bikin gue punya alasan buat balik ke Jakarta.”

“Ketemu si grumpy satu ini?” Reno pura-pura tercengang seraya menepuk keras punggung Diaz hingga si sepupu yang paling muda di antara mereka hampir tersedak fruit punch yang tengah direguknya.

“Setidaknya gue nggak banyak bikin keributan kayak elo berdua,” Diaz mencibir balik.

Having fun maksud elo?” Nara nyengir.

Diaz memutar mata, malas mendebat lebih jauh.

Nara merangkulnya agak keras, sangat akrab kala berbicara lagi,”Hei, Yaz. Untuk ukuran keluarga pengusaha yang bisnisnya menggurita se-Asia Pasifik dan sahamnya dicari semua orang, kita benar-benar anak manis, lho. Kalo nggak, pastinya kita udah diciduk BNN.”

“HG ngemplang pajak nggak sih?” Diaz mendadak penasaran. HG adalah sebutan singkat yang biasa mereka gunakan untuk Hanafiah Group.

Baca juga: “Mata Hati”, Cerpen tentang Alif Hanafiah

“Kayaknya nggak. Ampe sekarang belum digrebek KPK.” Nara hanya mengangkat bahu, tak acuh.

Diaz memutar kedua bola mata, kadang merasa gemas tapi ‘ya sudahlah’ dengan sepupu satu ini.

Di hadapan mereka, kolam renang tampak lengang. Permukaan airnya setenang tiupan angin sore ini. Terlihat dua orang wanita berjemur dengan setelan bikini nuansa neon dan motif floral. Seorang pria membelah air dengan rangkaian gaya kupu-kupu yang masih mantap, terlepas dari usianya yang tampak di atas kepala lima.

“Kita? Keh. Elo berdua, kali.”

“Oke. Gue akuin elo lebih manis,” Nara merasa ada yang salah—dan kinky—dengan ucapannya barusan, tapi ia tidak peduli,”tapi, tetap aja elo Hana—“

“Gue bukan anak pengusaha—gue bukan Hanafiah kayak elo berdua.”

Reno yang pertama kali sadar dengan nada getir itu dan langsung berhenti melangkah.

Nara? Ingin rasanya sekarang ia getok kepala si sepupu yang dengan absurdnya berkata begitu. Menurutnya, kalimat itu tidak seharusnya meluncur dari mulut Diaz.

Tapi, kesempatan itu tidak pernah datang karena sedetik kemudian, perhatian Nara, juga Diaz, sudah beralih ke hal lain.

Dan benarlah sore ini Senayan membara dengan kemunculan sosok semampai dengan one-piece swimsuit asimetris nan seksi dari tengah kolam renang Hotel Mulia.

Sosok yang sangat Diaz kenal.

Dan sosok itu tidak sendirian. Seseorang tengah menggendongnya, mesra. Agak norak malah. Kayak videoklip dangdut murahan. Entah Diaz berpendapat seperti ini karena marah, cemburu, atau perpaduan dua-duanya.

“Anggi…” Diaz menyadari suaranya saat ini begitu terbata, begitu tak berdaya. Tapi, ia tidak peduli apa pendapat orang saat ini. Di depannya, orang yang ia sayangi, yang masih resmi berstatus pacarnya, kini tengah berciuman dengan orang lain.

blog.sittakarina.com_lukisanhujan_edisibaru

Untung tangan Reno dan Nara sigap menahan, hampir berbarengan. Kalau tidak, tubuh Diaz sudah melesat ke arah pemandangan itu dan menghajar telak cowok yang tengah bersama Anggia.

“Hei, Yaz.” Suara Anggia terdengar tak ubahnya desauan angin sore, tenang dan lembut. Tak sedikit pun tampak terkejut. Seolah ia malah berharap Diaz menyaksikan semua ini. “Hello, Reno. Nara.

“Berani-beraninya kamu…” Diaz terus berusaha melepaskan bekukan para sepupunya. Tenaganya sekuat, seliar banteng yang tengah mengamuk.

¡Controle sus emociones!Kendalikan emosimu! “Orang-orang ngeliatin kita. Kalau sekuriti datang, bisa panjang masalahnya.” Nara berbisik penuh urgensi. Sebandel-bandelnya cewek, belum pernah ia melihat yang setega perlakuan Anggia ke Diaz kini.

Baca juga: Dunia Mara: Pertemuan Pertama dengan Ríg

“Aku nggak ingat kamu pernah bilang kalau kita udah putus, Gi!” seru Diaz sangat keras, mengubur harga dirinya tatkala menyuarakan ini.

“Kalau begitu, sekarang kita udah,” Anggia merespons santai.

“Satu—!” Saking marahnya, Diaz sampai kesulitan berkata-kata dengan benar. “Sebut satu alasan aja kenapa kamu begini… sama dia?”

Diaz tahu laki-laki ini. Ia hanya malas—jijik apabila melisankan namanya. Yang jelas cowok yang tengah merangkul Anggia itu lima tahun lebih tua darinya. Dan sudah mapan. Belum bawa Range Rover, tapi setidaknya mobilnya keluaran terbaru. Bukan Honda Cielo antik seperti miliknya.

“Edo perhatian banget ke aku, Yaz. Nggak dingin seperti kamu.”

Jawaban singkat Anggia menyayat sekaligus menampar muka Diaz. Tapi, seharusnya ia siap dengan rasa perih itu mengingat ia yang dengan gobloknya mempersilakan dirinya dibandingkan dengan selingkuhan Anggia.

“Semoga semua sudah jelas, ya. Anggi yang menginginkan semua ini, lho.” Di luar dugaan Diaz, laki-laki  bernama Edo ini dengan ringan menimpali.

Sekali lagi Diaz meronta sampai-sampai Reno dan Nara harus mengerahkan seluruh tenaga mereka agar tidak terjadi baku-hantam di situ.

“Bisa berabe kalo ada wartawan tabloid berkeliaran.” Reno terlihat risau. “Pasti heboh kalau beginian jadi berita di internet besok pagi.”

“Yaz. Kita balik ke kamar. Sekarang.” Suara Nara terdengar mematikan.

Didorongnya tubuh Nara, keras dan menghentak hingga hampir menabrak pot raksasa di belakangnya. Pelampiasan segala rasa kesalnya ke Anggia. “Don’t order me around!” seru Diaz. “Screw the Internet! Yang masuk berita paling elo berdua. Gue ‘kan bukan siapa-siapa!”

You are something, dammit! Elo sama Hanafiahnya sama gue,” sembur Nara. “Nyebur ke kolam dan menghajar siapapun itu yang lagi bareng Anggi bukan cara yang tepat buat ngedinginin kepala. Ke atas, Yaz.”

“Nggak usah ikut campur.”

“Come on, Yaz,” Nara setengah berbisik, gemas dan hampir putus asa. “Dia sama sekali nggak layak dapetin elo. Perasaan elo.”

“Elo nggak pernah serius sama cewek; tau apa elo tentang perasaan?”

Si sepupu sempat tersentak ditembak seperti ini, tapi cepat-cepat mengedepankan pikiran jernihnya. “Nggak ada. Tapi, gue tau elo. Dan gue nggak mau elo melakukan sesuatu yang nantinya elo menyesal. Ini tentang elo. The hell with them.” Nara mengisyaratkan dua sosok di kolam renang yang dimaksudnya.

—–

Penasaran ‘kan? 🙂

Beli Lukisan Hujan langsung di Lentera Hati Store atau Tokopedia dan dapatkan diskon 20% !

 

*) Feature image via sun-goddess



Leave a Comment

  • (will not be published)


17 Responses

  1. Kak next cerita hanafiah mau silsilah keluarga hanafiah lengkap ama pasangannya dong 🙂
    Oiya nama lengkapnya sisy siapa ya,? ko di lukisan hujan sama di titanium beda..

    Reply
    • @Hana – Kalau nama pasangannya ditulis juga di silsilah, nanti nggak seru lagi dong ceritanya 🙂 Nama lengkap Sisy sama kok: Adrianna Sistania Iswandaryo.

  2. ovha

    tak sabar baca novelnya…
    kapan terbitnya? yang pertama akku belum punya,,, untung ajja ada revisi terbaru
    ditunggu banget deeh

    Reply
  3. naziirachel

    seriously i wait so long for this. gak sabar sama revisi lukisan hujan! my fav novel at the moment! cant wait for diaz and sissy! este sera grande<3

    Reply
  4. daty

    omfg! kereeeeen kak, agak beda sm versi pertamanya ya, tp kayanya bakalan lebih seru. diaz keliatan lebih emosi disini ><

    reno paling ganteng ya kak? tp menurut aku diaz is perfect hihihi

    my fav list is diaz, nara, reno ♥
    cant wait for the new Lukisan Hujan

    Reply
  5. Kyuuri

    Kak, kapan terbitnya? yang putri hujan dan ksatria malam diterbitin juga nggak?
    Belum sempet baca seri keduanya.. T.T

    Reply
  6. Windy

    semoga hasilnya memuaskan ka 😀
    udah gak sabar nunggu novelnya terbit ..
    kabar2-i ya ka :*

    Reply
  7. Cintya

    ceritanya sama novel lukisan hujan yang dulu kira-kira berubahnya berapa persen ? full 100%kah ?

    Reply
  8. Riku

    Gosh, I miss Hanafiah brotherhood.

    and this sentences “Elo nggak pernah serius sama cewek; tau apa elo tentang perasaan?” ahhh I am waiting for Nara to head over hills for a certain girl.

    he is one of my favorite characters.

    Reply
  9. april

    Next year???? Full hanafiah…???
    Asiiikkkkk… can’t waiitttt

    Reply
  10. galuh listya w.s

    Mbak aduuh kangen bgt sm novel ini. Tp aku pengen bgt bc pesan dari bintang tp aku cari2 di toko buku udah habis ga ada. Kira2 msh ada dmn ya mbak? Aku pengen bgt baca yg itu. Makasih banyak..

    Reply
  11. uti

    KYAAAA THE NEW LUKISAN HUJAN IS ON ITS WAY HERE TO ME! *super excited* I love Lukisan Hujan more than the other novels from you (but it doesn’t mean I don’t love the rest of your novel hehe) I even followed Sisy and Diaz’s twitter account! Haha silly, I know. Bahkan aku juga bikin sampul dari kain gitu buat dua novel tentang Sisy-Diaz, saking cintanya aku sama mereka. Sayangnya, di novel Lukisan Hujan yang aku punya, banyak banget typo disana-sini, halamannya banyak yang kosong tanpa teks juga hiks. Semoga dengan dicetak ulang dan mungkin dengan penambahan/perubahan cerita akan membawa suasana baru dan fresh buat novel ini ya. I always love and adore your books, Mba! Semoga tetap sehat agar selalu bisa berkarya, ya. 🙂

    Reply
  12. @Nindy — Novel Hanafiah akan dirilis ulang dengan kualitas cerita yang–inginnya–lebih baik lagi, tanpa harus mengubah inti. Karena saat dulu diterbitkan Terrant Books ternyata naskah-naskah itu tidak diedit oleh editor profesional.

    Reply
  13. Mbak, ini beneran mau rewriting? Sayang banget mbak kalau ada perubahan cerita. Kan udah bagus banget yang dulu, jangan yaa 🙁

    Dan bakalan sedih buat kita2 yg udah bela2in beli waktu awal2 keluar dulu trus sekarang diubah gitu aja ceritanya dan diterbitin ulang :'(

    I hope it won’t change any of your old books. I really hope so 🙂

    Reply
  14. ini sama kaya lukisan hujan cetakan pertama kan? the one with anggia came back to Diaz’s life and try to bother Sisi? aku udah baca kalo gitu dan sumpaaahhh i always love your novels … from lukisan hujan, pesan dari bintang, story nya christian hanafian sama japanese girl yang aku lupa apa judulnya, sampe the sequel of Diaz and Sisi yang lagi” aku lupa apa judulnya hihi .

    Reply