Makanan Sehat untuk Ibu Hamil yang Jadi Pilihan Saya


blog sittakarina - makanan sehat untuk ibu hamilMakanan sehat untuk ibu hamil nggak cuma salmon.

Melihat ke pengalaman kehamilan saya yang pertama 10 tahun yang lalu, rasanya semua berjalan lancar… kecuali pola makan saya.

Walau saat itu berat badan termasuk normal (lihat cara menghitungnya di sini), eating habit saya kacau banget. Doyan ngemil dan cari-cari makanan manis, setelah itu olahraga berat biar kalorinya nggak nimbun jadi lemak.

Saat hamil, kebiasaan itu tentu nggak bisa berlanjut. Dokter kandungan saya, dr. Achmad Mediana, Sp.OG, mengingatkan saya untuk menjaga moderasi berolahraga… and no weight training for the time being.

Saat hamil Harsya si sulung, berat saya naik 18,5 kg. Padahal, kenaikan berat badan yang dianjurkan untuk BMI normal sekitar 11,5-16 kg.

Belajar dari pengalaman tersebut, saya pun baca-baca tentang artikel gizi dan kesehatan demi hidup lebih sehat. Upaya ini pelan-pelan membuahkan hasil.  Dalam 2 tahun sebelum hamil Nara, saya berhasil menurunkan 15,5 kg tanpa treatment maupun obat pelangsing.

Sejak saat itu, saya BERUSAHA KERAS (note the capital letters 😂 saking susahnya) untuk mengendalikan pola makan dan mencari makanan sehat untuk ibu hamil itu apa saja jenisnya. Semua demi kenaikan berat badan saat hamil yang lebih terkendali.

And it worked just fine!

Jika kita terbiasa hidup sehat, diet saat hamil ternyata tak berbeda jauh dengan diet saat tidak hamil.

Makanan yang disantap sama-sama sehat, bergizi, dan memperhitungkan kebutuhan kalori tubuh.

Kebutuhan kalori saat hamil memang lebih banyak dari biasanya. Akibatnya, kita jadi mudah merasa lapar. Kondisi ini bisa disiasati dengan makan dalam porsi kecil namun frekuensinya lebih sering.

Walau janin di dalam perut butuh asupan makanan dan gizi, nggak berarti porsi makan sehari-hari berubah jadi dobel, lho.

Dokter Achmad memaparkan tentang pentingnya menjaga berat badan selama kehamilan. Obesitas yang muncul pada ibu hamil akan berdampak pada kesehatan sang ibu dan bayi yang dikandungnya. Risiko ibu hamil terkena diabetes gestasional dan preeklamsia pun akan meningkat. Preeklamsia merupakan kondisi meningkatnya tekanan darah si ibu hamil walau selama ini tidak pernah mengidap hipertensi.

Oleh karena itu, penting sekali mempersiapkan menu makanan sehat untuk ibu hamil. Tidak hanya untuk kelancaran proses kehamilan, tapi juga kesehatan ibu dan bayi di kemudian hari.

Dengan perencanaan seperti itu, berat badan saya saat hamil Nara si bungsu hanya naik 15 kg! Saya tetap suka es krim dan Oreo, sih. Tapi, kini makannya bisa nggak sekalap dulu.

Baca juga: 3 Tips OK Menjaga Daya Tahan Tubuh Saat Musim Hujan

Apa saja makanan sehat untuk ibu hamil yang jadi menu andalan saya sehari-hari pada kehamilan kedua ini?

1. Lebih sering makan ikan

Terutama ikan kembung, karena kandungan Omega 3-nya lebih tinggi dari salmon. Surprise, surprise!

2. Telur setiap hari

Ini sumber protein hewani favorit saya yang amat mudah diolah. Bahkan saat sedang malas memasak, saya tinggal bikin toast, olesi alpukat, dan taruh telor mata sapi di atasnya.

3. Sayuran berwarna hijau tua seperti brokoli dan bayam

Agar terhindar dari kuman dan kotoran, saya pasti mengukusnya sebelum menyantap. Bayam juga enak dijadikan campuran untuk telor omelet, selain jamur kancing.

4. Daging tanpa lemak

Sebagai karnivor sejati, ini dengan senang hati saya lakukan. Daging ayam dan sapi terkenal kaya akan zat besi yang dibutuhkan selama masa kehamilan.

5. Buah jadi cemilan utama

Favorit saya adalah stroberi, apel, pir, dan semangka. Saya berusaha menghindari makan buah yang gula dan kalorinya tinggi—dan ini jadi cobaan super berat pas musim mangga

6. Suplemen asam folat, vitamin C, dan fish oil

Nutrisi tambahan ini saya jadikan back up, terutama untuk memenuhi kebutuhan gizi yang mungkin kurang dari asupan menu di atas.

Dokter Achmad memperbolehkan saya minum susu ibu hamil, tanpa ada rekomendasi merk tertentu. Khusus suplemen asam folat, ia mengingatkan pentingnya zat ini terpenuhi sejak awal pembentukan janin untuk menghindari bayi lahir cacat.

Sehari-hari saya tetap makan nasi, namun jumlahnya tidak sebanyak dulu saat masih lajang. Porsi karbohidrat pun kini terbagi dua antara nasi dan sayuran (yep, veggies are actually carbs!).

Dengan pola makan seperti itu ditambah olahraga ringan tiap pagi, tubuh tetap bugar walau ukuran janin makin besar.

Adios, morning sickness!

 

*) Feature image via @baethelabel



Leave a Comment

  • (will not be published)


One Response