Sirine, Cerpen #Hanafiah Sebelum Novelet SAND CASTLE!


imageChiko Hanafiah bikin onar lagi?

Sudah tahu ‘kan novella Magical Seira: Sand Castle segera terbit setelah rilisnya buku Magical Seira 2?

Pada buku ini, kisah manis Seira dan Abel akan digali lebih dalam. Selain itu, sosok Hanafiah yang tak lain Cokro Diego alias Chiko ikut muncul di sini.

Whoaaa!

Pertanyaannya: siapa sih Chiko?

Bagi kalian yang ingin mendapatkan sedikit gambaran tentang sosok Chiko Hanafiah, silakan baca sepenggal kisah kehidupannya di bawah ini 😉

—-
 

 

Sirine

oleh Sitta Karina

 

Tiap kali raungan sirine ambulans terdengar, rasa perih menjalari hati Saura. Ia selalu teringat kejadian tahun lalu, selalu merasakan momen hampir kehilangan seorang teman.

Kini setelah kembali dari pertukaran pelajar di Swiss, Saura mencoba menghubungkan kembali serpihan memori yang sempat membuatnya takut berpijak di Jakarta. Demi bisa melihat ke depan.

Demi mampu melangkah lagi.

***

Namanya Chiko.

Cokro Diego.

Dan dia menyebalkan setengah mati bukan karena nama belakangnya Hanafiah.

Dia begitu karena dia seorang Chiko.

Entah namanya atau memang orangnya yang terkutuk; Saura kerap kali bertanya walau tahu takkan mendapatkan jawabannya.

Chiko bukan sahabat Saura, apalagi pacarnya. Chiko merupakan bad boy material idaman semua perempuan: ganteng, tajir, suka adrenalin, serta tentunya playboy sejati.

Dan bukan hanya Saura yang sadar akan semua kualifikasi itu; Chiko juga.

Semua orang yang Saura kenal, kenal Chiko. Mulai dari Gladi pacarnya, Amitya sahabatnya, sampai Abeng sahabatnya Gladi.

Bahkan Seira juga.

Nah, mengenai Seira, ini termasuk topik sensitif baginya.

Karena Chikolah, semua orang yang Saura kenal selalu membandingkannya dengan Seira.

Saura dan Seira.

Dimulai dari betapa miripnya nama mereka.

Serta bagaimana Chiko menaruh perhatian kepada dirinya dan Seira dengan cara berbeda.

Chiko suka Seira dan Chiko suka gangguin Saura.

Lebih tepat lagi, Chiko suka mengejek orang yang Saura pilih jadi pacarnya. Menurutnya, Saura melakukan itu hanya untuk status nggak single. “Emang dia bisa elo ajak debat? Bisa ngimbangin kegilaan elo?” tembak Chiko suatu waktu.

Baca juga: Bukan di New York – sebuah cerpen

Kayak Saura se-“gila” itu saja.

Intensitas cekcoknya dengan Chiko membuat Saura yakin bahwa sebenarnya Chiko benar-benar sebal dengannya. Ini diperkuat dengan menghilangnya Chiko dari peredaran. Dari pergaulan mereka sehari-hari.

Yang lebih mengejutkan lagi, Saura menyaksikan dengan kepala sendiri bagaimana Chiko yang biasa dikejar wanita, kini justru agresif mengejar si pemalu Seira!

Menurut rumor yang singgah di telinga Saura, Chiko dan Seira sudah bermain bareng sejak keduanya masih memakai diaper. Setelah pertemuan di soirée seorang dubes, Chiko tiba-tiba jatuh cinta kembali kepadanya.

Hilanglah Chiko dengan segala sikap annoying-nya dari kehidupan Saura.

Hilang yang membuat Saura merasa kehilangan, juga linglung.

Agar tidak jatuh, ia pun berpegangan pada Gladi. Kembali ke pelukan Gladi walau hatinya masih bertanya-tanya, Jadi benar Chiko ya suka sama Seira?

Sore jadi terasa tak bernyawa.

Ngopi seru di Nell’s—kedai kopi yang pemiliknya sering memainkan lagu-lagu klasik—menjadi rutinitas yang hambar walau saat itu sobat segengnya komplit.

Semua karena Chiko tidak lagi hadir di antara mereka.

“Wah… akhirnya Chiko selesai bertapa! Kok, tumben tiba-tiba ke sini?”

Suara Amitya memotong riuhnya obrolan.

Jantung Saura rasanya berhenti berdetak mendengar suara derik pintu, pertanda ada orang masuk ke Nell’s.

“Hey my man!” Abeng selalu bersikap sok asyik terhadap Chiko walau tak pernah digubris. Jiwa Chiko nampak melayang, membuat Saura penasaran setengah mati apa yang tengah cowok ini pikirkan.

“Elo nggak tau kenapa, Mit?” tutur Gladi. “Untuk nonton Seira main piano, lah.”

Melihat ekspresi tersipu Chiko, ada rasa membara diam-diam merayap di hati Saura.

***

Saura merasa sakit walau hari ini tubuhnya segar setelah berolahraga.

Chiko dan Seira.

Ternyata seorang Hanafiah bisa jatuh cinta—bukan hanya pada uang dan kekuasaan.

Walau sesi yoganya sudah selesai, ia tetap berusaha mengatur napas; tarik, keluarkan, tarik, keluarkan. Pelan-pelan.

Rasa sakitnya itu tak seberapa dibandingkan dengan perasaan saat mendapati tulisan di layar laptop-nya kini:

Between @GladiRock and me, you know who’s already won your heart. Your boyfriend sucks, @SauraLangit !

Saura melotot membaca itu.

Baca juga: Kisah Romantis Diaz dan Sisy berlanjut di “Putri Hujan & Kesatria Malam”

Yang men-tweet adalah @CDiego, akun Twitter Chiko.

Dan Gladi di-mention juga. Teganya—brengseknya Chiko!

Saura yang saat ini sedang memangku laptop langsung mencari folder bertajuk “Bali Trip”.

Akhirnya Saura mengerti mengapa banyak orang berpendapat balas dendam itu manis, bukannya menyakitkan.

Chiko pantas mendapatkan yang termanis.

***

“Elo emang gila, bro.”

Chiko heran; Abeng meneleponnya hanya untuk berkata begitu?

Ia berusaha memusatkan perhatiannya kembali ke jalan raya.

“Pertama, nyolot sama Gladi. Kedua, foto elo di Bali sekarang ada di Twitter. Pake celana dalam Superman dan lari bawa obor—hahaha, mabok kelas berat!”

Celana dalam Superman?

Bawa obor?

Mata Chiko langsung membelalak horor.

Pikirannya saat ini kontan bercabang; foto paling memalukan dirinya tersebar di internet… ponsel di telinganya melorot melulu lantaran telapak tangannya berkeringat… ada motor nyelak dari sebelah kiri dan hampir menyenggol bagian depan Aston Martin DBS yang dikendarainya, dan…

“Saura yang upload. Elo sih cari masalah sama dia—“

Saura?

Chiko tersentak. Mobilnya tanpa disadari keluar jalur dan dari arah berlawanan ada bus kota yang melaju kencang. Banting setir adalah hal tercepat yang dapat dilakukannya kini.

Chiko mengumpat halus akan kecerobohannya tidak mengenakan sabuk pengaman.

Beberapa detik kemudian ia mendengar suara dentuman keras dan kesadarannya perlahan menghilang.

blog.sittakarina.com_sirine_2Foto via live4m0ments

Saura melirik terganggung. Ia baru saja berpapasan dengan ambulans bersirine terheboh, terbising yang pernah ia dengar. Padahal, saat ini ia sedang terburu-buru datang ke studio yoga lantaran telat.

Siapa sangka, ambulans tersebut ternyata membawa Chiko!

Baca juga: Dunia Mara: Teaser dan Sinopsis

Akibat kecelakaan itu, tulang bahu Chiko retak. Selain itu, untungnya cowok ini tidak mengalami luka serius.

Hati Saura tidak langsung luluh mendengar kabar ini. Sebagian kecil dirinya merasa Chiko pantas mendapatkan itu karena sudah seenaknya merusak hubungannya dengan Gladi.

Selalu seenaknya.

“Akun Twitter Chiko dibajak, Ra. Jadi bukan dia yang tweet itu,” papar Amitya. “Entah siapa pelakunya. Yang jelas, ada yang seneng lihat elo, Chiko, dan Gladi nggak akur.”

Setahun berlalu dan bahu Chiko sudah kembali berfungsi normal.

Beberapa hal tetap sama, namun ada juga yang berubah. Misalnya, Gladi kini sudah bukan pacar Saura, melainkan jadi miliknya Amitya.

Lucunya ia dan Amitya tetap bisa berteman baik. Bisa jadi rasa toleransi mereka cukup tinggi, atau mereka kini tumbuh jadi lebih dewasa.

Untung dulu Chiko tidak apa-apa, Saura membatin, lebih untuk menenangkan dirinya. Tiap malam ia datang ke rumah sakit, sempat menginap di ruang tunggu walau kakak Chiko, Marina dan Sigra Hanafiah, memintanya agar menunggu di kamar tempat Chiko dirawat. Kedua orang itu sama sekali tidak menaruh dendam kepadanya, tetap memperlakukannya dengan sopan.

Saura benar-benar berada pada titik terendah dalam hidupnya.

“Yang upload nggak adil, tuh. Kalau fotonya nggak di-crop; bukan cuma gue di situ, ada Abeng dan Amitya jadi patung Liberty, dan elo, Saura, nari pake hula hop. Cih!”

Saura terkejut dan berbalik badan mendengar suara familier di pantry rumahnya.

Rasanya ia hanya mengabari Amitya kalau dirinya tiba di Jakarta pagi ini.

“Chiko? Elo… masih mau ketemu gue?”

“Should you ask, silly?” Chiko merangkulnya hangat. “Friends fight, but best friends will always stick together again.” *****


Lengkapi serial Keluarga Hanafiah dan kisah-kisah karya Sitta Karina lainnya di sini.

 

*) Feature image via yuma1983



Leave a Comment

  • (will not be published)


17 Responses

  1. melati

    Yampun, Chiko~~ aku suka kalimat terakhir “Friends fight, but best friends will always stick together again.”. Itu bener banget. Makasih, ya, Kak, udah upload cerpen ini. Suka<3

    Reply
  2. Risti

    Gimana sie cara order novel2nya? Soalnya suka banget dan kadang nyari di toko buku keabisan

    Reply
  3. Joan clarina

    Kakkkkk !! Super suka banget sama diaz sama chris hanafiah. Ditunggu loh novel hanafiah selanjutnyaaaaa !! Lanjutannya putri hujan & ksatria malam mungkin ??? ;;)

    Reply
  4. inka sarina melayu

    kak sittaa, di tunggu ya cerita ttg reno, dio dan nara hanafiah… hehehe 😀

    Reply
  5. nadia

    OMG CHIKOOOOOOOO teganya teganya teganya kenapa lo hrs sekeren itu?? Kak sitta please, whatever you wrote about him, don’t forget to make him look awesome okay ;)) love your works, kak!

    Reply
  6. Chix

    Please release another novel but with someone from hanafiah as the male lead 🙁 nara/reno/chiko i dont mind whoever he is as long as it’s hanafiah 🙂 keep up your good work mbak sitta looking forward for your next amazeballs! <3

    Reply
  7. Daffodil

    hiks, jadi penasaran pingin baca Magical Seira, as soon as possible!
    keren banget, terutama penggambaran tentang Chiko yang womanizer tapi setia kawan 🙂

    Reply
  8. ratnaboo

    mbak sittaaa, bagus deh cerpennya. ada rencana bikin novelnya Chiko gak nih? hehehee

    Reply
  9. Aniss

    Keren banget!!! Bisa tambah keren kalo Nara atau Reno yg jadi Chiko. Pasti lebih keren. Fighting mba bikin novel Sand Castle-nya 😀

    Reply
  10. Wow! Emang selalu bisa deh bikin kita ‘berimajinasi kepanjangan’. Cinta banget sama #Hanafiah! Nggak sabar nunggu Magical Seira 2 mbaaam ;))

    Reply
  11. Larasaty

    oh my GOD, mbak!!! sumpah nggak sabaran nunggu cerita ini! Chiko salah satu faforit saya juga. si kece hanafiah. hihihihi

    Reply