Keempat karya penulis lokal ini terlalu bagus untuk dilewatkan!
Buku-buku ini tak hanya memiliki isi yang berkesan dan insightful, tetapi ilustrasinya pun menarik.
Beberapa yang dibuat dalam sapuan cat air bahkan terlihat cantik dan melankolis.
Mengapa hanya empat buku ini yang saya rangkum dalam resensi?
Karena keempatnya merupakan karya kesukaan kami sekeluarga.
Membaca buku-buku ini tidak cukup hanya dilakukan satu kali.
Selalu ada kesan baru—wawasan baru tiap kali kami membalik halaman-halamannya.
Apa saja keempat buku wajib baca tersebut?
Here’s our list:
1. Wuusss… Angin Membawa Telur Terbang
oleh Asa (Angi Siti Anggari)
Penerbit: Aksa Berama Pustaka
Sinopsis:
Sebutir telur melayang-layang dari
satu tempat ke tempat yang lain.
Telur berkeliling terbawa angin dari bawah pohon,
ke perumahan, ke sekolah, ke lapangan bola…
Wuusss… Angin Membawa Telur Terbang
Menurutmu, di mana telur itu
akan mengakhiri perjalanannya?
Bukan hanya Harsya dan Nara yang suka dengan buku ini, tapi ibunya juga! Saya jatuh cinta dengan kesederhanaan cerita, juga serunya petualangan si telur. Membaca ini membuat saya teringat masa kecil saya saat menyusuri taman belakang rumah Nenek yang luas dan menemukan hal-hal memukau pada alam sekitar.
Menariknya, Bahasa Indonesia yang digunakan penulis cukup baku, namun tetap mudah dimengerti anak.
Bahkan, penggunaan kalimat pada cerita ini membuat Harsya dan Nara jadi lebih cepat memahami struktur berbahasa yang baik.
Selain itu, ada lagi yang membuat saya jatuh cinta pada buku ini, yakni pesan moral (tersembunyi) yang dimunculkan pada akhir ceritanya, yang berbicara tentang keberagaman dan perbedaan.
Tak heran jika buku ini menyabet penghargaan Grand Prize Winners pada ajang Samsung KidsTime Authors’ Award 2016.
Salah satu tips untuk mencari buku anak yang bagus dari sisi cerita dan pesan adalah dengan melihat siapa penulisnya. Untuk kategori cerita ini, saya selalu tertarik membaca karya guru atau orang yang memiliki semangat sebagai pendidik. Jadi, saat berkarya, ia tidak akan sembarangan bercerita.
Pada akhir cerita ini, saya dan anak-anak tersenyum ketika mengetahui bagaimana nasib si telur, serta jenis binatang apa yang muncul setelah menetas.
Beli buku Wuusss… Angin Membawa Telur Terbang melalui Aksa Berama Pustaka atau Sekolah Tara Salvia
2. Kisah Kota Kita
oleh DK Wardhani & Watiek Ideo
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer
Sinopsis:
Lihatlah ke sekeliling kotamu! Tempat sampah, tiang lampu, dinding rumah mengeluh. Banyak poster pemilu, iklan produk, dan kegiatan menempel di segala tempat. Kota tak lagi cantik dengan kertas yang sembarang ditempel itu. Kantor pos bersedih. Betapa sedikitnya anak-anak yang datang berkunjung, karena teknologi telah menggantikan pengiriman surat. Kendaraan bermotor menyesal, telah menyerobot jalur bus seenaknya. Macet di mana-mana membuat hari semakin panjang. Banyak masalah terjadi di dalam kota, banyak hal yang bisa kita lakukan untuk memperbaikinya. Buku ini mengisahkan dengan menarik tentang kondisi perkotaan kita, dilengkapi fakta singkat tentang elemen-elemen kota. Yuk, kita mengenal dan mencintai kota kita!
Kisah Kota Kita merupakan buku yang amat personal bagi keluarga kami. Buku ini terbit saat Harsya baru masuk SD dan Nara masih di bangku TK A.
Seluruh kisah, ilustrasi, dan petikan ilmu yang terangkum di dalamnya tak hanya mudah dicerna anak-anak, tetapi memberikan kesan tersendiri hingga tiap ceritanya akan menjadi ocehan-dalam-suara-mengantuk Harsya dan Nara sebelum keduanya menguap dan tidur.
Cerita-cerita sederhana nan manis yang paling mereka suka adalah tentang taman kota yang tak lagi dikunjungi anak-anak (“Taman Cahaya”), si gagah Pintu Air Wastu yang setia menjaga Sungai Kampung Kidung (“Festival Air”), serta sedihnya stasiun dan kereta api tua melihat diri mereka yang kini tak semenarik dulu (“Stasiun Pelangi”).
Beli buku Kisah Kota Kita di SCOOP
Baca juga: 8 Hal yang Saya Pelajari dari Guru untuk Mendidik Anak Berkarakter
3. Bakat Bukan Takdir
oleh Bukik Setiawan & Andrie Firdaus
Penerbit: Buah Hati
Sinopsis:
Anak hidup pada zamannya, zaman yang berbeda dengan orangtuanya. Anak menghadapi tantangan zamannya, tantangan yang berbeda dengan tantangan yang dihadapi orangtuanya. Anak kita akan menghadapi tantangan zaman kreatif, semakin terbatasnya sumber daya alam, semakin berlimpah pilihan, dan pesatnya laju perkembangan teknologi. Kemampuan anak untuk berkreasi sesuai bakatnya akan semakin menentukan perannya di zaman kreatif. Bagaimana menyiapkan anak berkarier cemerlang di zaman kreatif? Lakukan pengembangan bakat melalui 4 fase, yaitu Fase Eksplorasi (0-7 tahun), Fase Belajar Mendalam (7-13 tahun), Fase Arah Karier (di atas 13 tahun), dan Fase Berkarier (18 tahun ke atas). Bakat Bukan Takdir adalah solusi bagi orangtua dalam mendampingi anak untuk mengembangkan bakat dan menghasilkan karya sebagai modal berkarier di zaman kreatif.
Setelah Anak Bukan Kertas Kosong, buku berikutnya Mas Bukik yang berduet dengan Andrie Firdaus memaparkan hal yang krusial dalam fase tumbuh kembang anak hingga dewasa, yakni bagaimana mengembangkan bakat anak di era kreatif dengan lebih dulu mengubah cara pandang kita untuk menumbuhkan rasa gemar belajar dan mengenali apa saja kekuatan maupun kelemahan diri si anak.
Sebagai orangtua, saya juga merasa terbantu banget dengan adanya pembahasan mendetail tentang kecerdasan majemuk dan bagaimana cara mengenali ini pada diri anak.
Setelah membaca buku ini, saya sempat lama tercenung. Ternyata, erat sekali kaitannya antara bakat anak, cara belajar mereka, dan bagaimana dukungan orangtua agar pengembangan bakat demi karier masa depan anak yang cemerlang dapat tercapai.
Pemaparan yang lugas, informatif, dan sarat dengan latihan-latihan untuk orangtua membuat buku ini jauh dari kesan membosankan untuk dibaca.
Beli buku Bakat Bukan Takdir di bukabuku.com
4. Celoteh Keni
oleh Kenia D. S.
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer
Sinopsis:
Halo, Teman-teman.
Namaku Keni, umurku 7 tahun aku duduk di kelas 2.
Dulu aku sekolah di SD seperti kalian, tapi sekarang aku home schoolong. Mamaku yang mengajariku segalanya.
Mamaku hebat banget deh!
Di buku ini, aku menceritakan tentang keluargaku, hobiku, dan kegiatanku selama home schooling bersama adikku.
Yuk, intip dunia Keni yang penuh warna!
Buku—atau lebih tepat disebut jurnal—ini terasa spesial bagi anak-anak, terutama sampai usia 9 tahun, karena penulisnya, Keni, baru berusia 7 tahun saat menyusunnya!
Harsya dan Nara pun jadi bisa membayangkan, bisa relate seluruh celoteh-celoteh di dalamnya dari sudut pandang mereka sebagai anak-anak. Jurnal ini berisi cerita keseharian dan pengalaman Keni yang selalu belajar hal baru dari dunia di sekitarnya, mulai dari kegiatan homeschooling, mengamati serangga, belajar Bahasa Inggris, mengoleksi daun, membuat maket kota sampai komik.
Semua disajikan dengan beragam cara dan tampilan menarik: komik, cerita, gambar, dan langkah-langkah DIY (Do It Yourself) yang ceria dan jauh dari membosankan.
Sebagai seorang muslimah, tak lupa Keni berbagi cerita tentang pengalaman berpuasa, merayakan Hari Raya Idul Fitri, sampai aspirasinya ingin menjadi Princess Muslimah. Buku ini menarik jadi rujukan kegiatan “belajar sambil bermain”, sekaligus menginspirasi si kecil untuk berkarya di usia dini seperti Keni.
Beli buku Celoteh Keni di bukukita.com
Senang sekali bisa menemukan keempat buku di atas dan jadi collectible items di rak buku utama saya.
Saat sedang santai, rehat dari menulis cerita sambil menyeruput kopi, atau baru selesai yoga dan menunggu keringat kering, biasanya tangan secara otomatis akan mencari buku-buku tersebut dan membaca halamannya secara acak.
Kadang buku-buku ini jadi rujukan saya ketika membuat latihan soal maupun berdiskusi tentang pelajaran ke anak-anak. Harsya dan Nara justru makin semangat belajar ketika bahasannya diambil dari buku bacaan mereka 😆
Ada rekomendasi buku anak maupun buku parenting lokal yang OK lainnya?
*) Feature image: Sitta Karina
Mhn maaf mau bertanya,dimana bisa pesan buku bakat bukan takdir??soalnya stoknya selalu kosong
Ermawati – silakan langsung hubungi penulisnya via Twitter ya 😉