Saat memiliki uang, baik itu berupa nafkah maupun pemberian orang tua, berarti kita bertanggung jawab penuh terhadap pengelolaannya.
Ketika berbicara soal mengelola keuangan, sering kali yang terlintas di kepala hanya soal shopping dan menabung.
Padahal, praktik mengelola keuangan lebih dari dua hal itu saja.
Namun, pada kenyataannya, urusan belanja dan menabung saja kita sering kali masih keteteran.
Selama ini justru lebih banyak belanjanya!
Cara mengatur keuangan pribadi sebenarnya sudah kita terapkan sejak kita menerima uang saku saat masih kecil. Secara bertahap, kita belajar bernegosiasi dengan diri, serta menimbang-nimbang antara apa yang butuh kita beli dan sekadar pengen saja.
Seiring bertambahnya usia, kita pun makin sadar bahwa uang bernilai. Kita juga makin paham, untuk bisa mendapatkan uang, kita perlu bekerja.
Sering kali uang hasil kerja keras kita malah habis begitu saja, karena selama ini kita memiliki kebiasaan buruk dalam mengelola keuangan.
Sayangnya, pertambahan usia sering kali tidak berbanding lurus dengan keterampilan kita dalam mengelola keuangan.
Beberapa kebiasaan berikut malah berpotensi membuat kita susah kaya dan lama-kelamaan malah jadi bangkrut:
- Doyan belanja, malas menabung
- Sering makan di luar tanpa mempertimbangkan kekuatan finansial
- Karena sedang sale, merasa boleh kalap memborong barang-barang yang tidak sesuai kebutuhan
- Membeli barang karena ikut tren
- Selalu ingin produk berkualitas terbaik yang sering kali harganya mahal tanpa melirik beberapa alternatif yang lebih terjangkau
- Membeli barang demi menjaga gengsi
Laila pernah mengalami salah satu kejadian di atas.
Selama SMA ia susah dapat izin pergi bareng teman alias terlalu dikekang. Ketika izin itu keluar pas masuk bangku kuliah, Laila bak kuda lepas dari kandangnya.
Nggak hanya weekend, hari biasa pun diisi dengan kongkow seru bareng teman-teman barunya. Apalagi, di kampus tersebut Laila bergabung dengan it circle yang gaya hidupnya terkenal hedon.
Demi bisa diterima kelompok barunya, Laila pun langsung nge-gas mengikuti gaya hidup mereka, termasuk ganti brand dalam membeli tas. Padahal, sebelumnya ia termasuk cuek soal ini. Dulu ke kampus pakai tas ransel, sekarang handbag. “Tas ransel tuh buat anak SD,” ujar Reggia, salah satu dari mereka.
Baca juga: Social Cost: Ini yang Bikin Pengeluaran Lifestyle Membengkak!
Walau tiap bulan Laila mendapat uang saku yang lebih dari cukup, mendadak dirinya terkejut lantaran tidak tersisa sepeser pun di dompetnya untuk membeli flashdisk!
Padahal, uang saku yang diberikan Bunda sudah termasuk untuk biaya perlengkapan kuliah seperti alat tulis, perlengkapan komputer, sampai uang bensin!
Laila yang ambil jurusan Ekonomi Manajemen dan sudah akrab dengan pelajaran ini sejak SMP mendadak merasa malu.
Pernah mengikuti pelajaran Ekonomi ternyata tidak menjamin dirinya bisa mengatur keuangan dengan baik.
Pelan-pelan, Laila pun mulai membenahi cara mengatur keuangan pribadi yang selama ini salah kaprah.
Langkah pertama yang ia lakukan adalah menjaga jarak dulu dengan circle serunya demi bisa berpikir jernih.
Berikutnya, ia menjadikan hal-hal di bawah ini sebagai money habit barunya:
1. Bedakan antara kebutuhan dan keinginan
Dahulukan pemenuhan kebutuhan ketimbang keinginan. Dengan begitu, kita tahu mana yang memiliki skala prioritas lebih tinggi. Belanja makanan sehat untuk dua minggu ke depan tentu lebih penting daripada kongkow fancy yang sekali datang menghabiskan Rp200.000 ‘kan 😄
2. Sediakan uang secukupnya di dompet
Dengan begitu, kita jadi nggak tergoda untuk spending habis-habisan dan pengeluaran pun akan lebih terkendali.
3. Jangan biasakan berutang
Hidup sesuai kemampuan dan kendalikan diri untuk tidak membeli barang-barang yang saat ini memang belum masuk budget kita. Jangan karena berutang, malah tidak tersisa uang untuk membeli kebutuhan utama kita.
4. Terapkan perencanaan keuangan dengan budgeting
Unduh aplikasi yang bisa membantu kita untuk ini. Atau, pelajari cara mengatur pos-pos keuangan dengan simple budgeting berikut.
5. Biasakan berinvestasi
Jangan tunggu jadi kaya dulu baru mulai menyisihkan uang untuk menabung maupun berinvestasi. Sisihkan Rp2000,- sampai Rp5000,- tiap hari dan mulai beli surat berharga seperti saham dan reksa dana ketika sudah mencapai Rp100.000,-. Lihat caranya di sini.
6. Sisihkan untuk donasi sosial
Tunaikan sedekah dan zakat. Berikan sumbangan ke panti asuhan ataukorban bencana alam. Pilih donasi sosial yang paling pas menurutmu. Jangan takut uang habis gara-gara melakukan ini. Rejeki akan selalu hadir untuk orang yang suka berbagi 💖
Ternyata cara mengatur keuangan pribadi seperti di atas nggak sesulit yang Laila bayangkan.
Ada kalanya ia bablas membeli barang yang diimpi-impikannya. Misalnya, mengganti ponsel lamanya yang sudah lima kali jatuh, setelah menerima upah sebagai volunteer pada sebuah festival musik di Bali. Tapi, ini hanya sesekali saja.
Laila tahu, jika diikuti terus, semua keinginan-keinginannya itu nggak akan ada habisnya. Daripada menahan mati-matian, ia pun mengajak dirinya berdialog untuk mendahulukan apa yang benar-benar dibutuhkan.
If you can master self-control, you can master anything. Itu yang kini Laila yakini.
Yang jelas, Laila jadi makin mengerti, ketika uang sudah di tangan, itu sudah menjadi tanggung jawab penuhnya untuk bisa mengelola dengan baik. Ini agar tidak menjadi sumber masalah di kemudian hari!
*) Feature image via @andreaslookbook
Bener banget, mbak. Pengelolaan uang ini tetap menjadi hal yang krusial sepanjang masa.