Banyak Pengalaman Liburan Baik untuk Kesehatan Mental?


Blog Sittakarina - Banyak Pengalaman Liburan Baik untuk Kesehatan MentalNggak cuma buat melepas stres!

Liburan sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari agenda tahunan kita.

Berkemas buat liburan pun nggak perlu menunggu jadwal liburan sekolah yang panjang. Banyak dari kita yang memanfaatkan short breaks saat tanggal merah, terutama yang jatuh di akhir maupun awal pekan.

Gaya berlibur pun tak kalah beragamnya. Ada yang memilih mengunjungi tempat wisata yang jaraknya tidak jauh dari rumah, sekadar staycation, atau bahkan berlibur tanpa perencanaan sama sekali. Just pack and go!

Tujuannya satu: agar bisa melepas stres. Terbebas sejenak dari rutinitas sehari-hari.

 

Liburan bukan sekadar pelepas stres

Liburan yang berarti akan selalu terekam dalam ingatan kita. Sering kali kita masih bisa senyam-senyum sendiri kala mengingat pengalaman liburan yang amat berkesan, walau sesi jalan-jalannya sudah berlalu.

Deretan foto dan video menjadi jejak kenangan, pengingat pengalaman liburan yang berkesan. Sayangnya, masih banyak orang sinis dengan bertaburannya foto liburan di media sosial. Dengan mudah kita menghakimi bahwa hal itu tak lain ajang pamer belaka. Padahal, kita tidak pernah tahu ‘kan manfaat yang sebenarnya dirasakan orang yang berlibur tersebut.

Sebagai contoh, pada tahun baru kali ini Anika dan suaminya merencanakan liburan ke pantai—yang nggak tanggung-tanggung—ke tempat seeksotis Tulum di Meksiko. Teman-teman langsung men-judge Anika macam-macam, mulai dari gaya hidup hedon sampai “Liburannya pasti ngutang, deh!”. Padahal, ia ke sana karena ikut menemani suaminya yang menghadiri sebuah konferensi bisnis sekaligus “kabur” sesaat dari drama rebutan warisan yang membuatnya stres berat.

Baca juga: Serunya Ajak Anak Snorkeling di Pulau Pahawang

Lepas dari tujuan seseorang berlibur, ternyata liburan memang kaya manfaat.

Menurut dr. Leigh Vinocur, psikiater dari American College of Emergency Physicians, manfaat utama liburan, baik yang dilakukan sendiri maupun bersama keluarga, adalah menurunkan tingkat stres dan merilis semua hormon stres yang berakibat buruk bagi kesehatan mental dan fisik kita.

Selain itu, menghabiskan waktu bersama keluarga menjalani pengalaman menyenangkan akan meningkatkan kualitas hubungan kita dengan orang-orang tersayang ini. Saya jadi paham mengapa anak-anak terlihat lebih heboh dari biasanya saat mengunjungi destinasi baru; itu tak lain karena mereka nggak sabar untuk bereksplorasi!

Ada yang mengatakan bahwa banyak pengalaman liburan baik untuk kesehatan mental dan bikin kita lebih happy. Benarkah begitu?

Blog Sittakarina - Banyak Pengalaman Liburan Baik untuk Kesehatan Mental 2Foto via Pinterest

Nah, ini berarti kembali ke pendapat Vinocur sebelumnya.

Karena liburan dianggap mampu mengurai stres, maka lebih sering dan lebih banyak dilakukan (walau durasinya singkat-singkat) tentu membuat perasaan lebih bahagia dan dalam jangka panjang ini mampu menjaga kualitas kesehatan mental kita.

Menariknya, kita tidak harus mencari destinasi yang jauh apalagi mahal untuk menciptakan liburan berkesan.

Bahkan, liburan singkat di rumah bisa menjadi sesuatu yang menghangatkan hati saat fokus kita adalah untuk rileks dan berusaha berinteraksi secara sadar dengan orang terdekat.

Itu terjadi saat Lebaran beberapa tahun lalu, ketika kami sekeluarga mesti menyesuaikan dengan jatah cuti suami yang hanya 3 hari karena di kantor sedang banyak kerjaan. Toh liburan tetap bisa dilakukan di akhir pekan ke tempat-tempat terbuka di sekitar Jakarta, seperti bersepeda bareng, memancing, sampai menyewa lapangan badminton.

Walau sederhana, ternyata liburan yang melibatkan seluruh aspek fisik dan emosional diri bikin kita lebih happy sesudahnya.

Akibatnya, kita jadi merasa recharged dalam 2-3 bulan ke depan saat kembali ke rutinitas. Pengalaman liburan yang berkesan pun langsung menghiasi karangan cerita pendek Harsya dan Nara ketika keduanya masuk sekolah kembali.

 

Pengalaman liburan hanya momen sambil lalu?

Beberapa riset justru mengatakan sebaliknya. Pengalaman liburan juga menjadi tolok ukur life satisfaction secara menyeluruh, mulai dari keluarga, sosial, rekreasi, pekerjaan, kuliner (ha! ini pastinya ya), sampai bahasa.

Saat seseorang berlibur ke Australia misalnya, ia jadi mengenal dialek berbeda dari Bahasa Inggris yang diketahuinya selama ini. Pengalaman pribadi seseorang pun bertambah luas seiring dengan durasi liburannya di tempat baru.  Interaksi dengan orang lokal, menjajal kuliner yang rasanya benar-benar baru di lidah, semua itu takkan menjadi momen sambil lalu saja.

Jika bukan penghilang stres semata, bagaimana memaksimalkan pengalaman liburan agar bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental?

Pertama, resapi tiap momen liburan.

Walau sedang berlibur, kadang ada saja momen menyenangkan maupun yang bikin stres (penginapan tidak sesuai ekspektasi atau visa sempat tertahan di bagian imigrasi). Coba terima dan nikmati semua momen yang terjadi itu. Jika sesuatu membuat kita tidak nyaman, tenangkan diri sejenak, baru kembali rencanakan ulang.

Berikutnya, untuk menikmatinya, sebaiknya kita tidak sibuk mendokumentasikan seluruh momen yang ada.

Tidak usah ngotot untuk selalu memotret dan memvideokan tiap obyek dan kejadian. Fokus untuk rileks dan penuhi self-care yang selama ini tertunda.

Dan yang terakhir, makan sehat dan tetap aktif bergerak. Tidak ada yang ingin staminanya drop saat sedang berlibur ‘kan?

Tips saya untuk menjaga ini adalah dengan makan sedikit-sedikit tapi sering dan selalu dahulukan fresh food, termasuk saat menjajal kuliner baru.

Pengalaman liburan menjadi lebih berarti jika kita sehat lahir dan batin selama menjalaninya 😉

Jadi, apa pengalaman liburanmu yang paling berkesan selama ini?

 

Feature image via Pinterest



Leave a Comment

  • (will not be published)