5 Cara Menghilangkan Rasa Malu dan Minder


blog sitta karina - cara menghilangkan rasa malu dan minderYakin bahwa kita berharga.

Memiliki rasa malu itu wajar. Perasaan tersebut bisa saja muncul saat kita pertama kali memperkenalkan diri di depan keluarga besar pasangan, saat mempresentasikan ide dalam rapat, maupun sesimpel telat masuk kelas.

Rasa malu muncul sebagai bentuk ketidaknyamanan menghadapi sesuatu yang dirasa di luar kontrol kita. Biasanya, sih, ini hanya berlangsung sebentar dan beberapa menit kemudian kita mampu bersikap lebih tenang.

Namun, ada rasa malu yang berlangsung lebih lama dari biasanya, bahkan terjadi berulang. Sering kali ini juga diikuti oleh minder atau rendah diri berlebihan.

Jika ini terjadi dengan diri kita, sebaiknya kita mulai melakukan pengamatan juga refleksi terhadap kejadian-kejadian yang pernah singgah dalam kehidupan kita, mulai dari rentang waktu terdekat (misalnya, sebulan terakhir) sampai dengan momen di masa lalu (saat masih remaja atau bahkan usia kanak-kanak).

Dengan begitu, kita jadi tahu cara menghilangkan rasa malu dan minder yang tepat dan sesuai dengan kondisi sesungguhnya.

 

Penyebab rasa minder

Rasa minder adalah cara memandang yang rendah ke diri sendiri.

Besar kemungkinan rasa malu dan minder berlebihan yang dialami saat ini tak lain akibat dari perlakuan lingkungan terdekat kita (teman, pacar, keluarga, serta pengasuh) di masa lalu.

Pada dasarnya, tiap manusia terlahir dengan rasa ingin tahu dan percaya diri yang cukup sejak kecil, misalnya balita yang selalu bertanya ini-itu kala melihat sesuatu yang baru maupun anak tetap mencoba bangkit meski sudah jatuh berkali-kali.

Baca juga: Pengertian Percaya Diri (dan Bedanya dengan Sombong)

Sayangnya, orang dewasa di sekitarnya kerap melontarkan kata-kata yang tidak hanya menyudutkan, tetapi juga memperlihatkan betapa tidak percayanya mereka terhadap kemampuan si anak.  Jika cara bersikap seperti ini terjadi terus-menerus, akhirnya anak tumbuh menjadi sosok minderan.

 

Katya yang selalu “nggak bisa”

Sudah belasan tahun berlalu sejak playdate di masa SD, tetapi Katya masih ingat jelas bagaimana Bunda kerap bisik-bisik dengan beberapa ibu lain yang mengantar anak mereka:

“Katya ‘kan beda sama Lulla, Rin. Dia nggak bisa ngobrol seluwes anakmu itu.”

“Kayaknya Katya nggak bisa dilepas sendirian ke acara Holiday Camp, deh. Dia belum bisa, tuh, beberes sendiri.”

“Duh… sudah selama ini di SD, tapi Katya tetap nggak bisa mengatasi demam panggungnya. Padahal, semua teman sekelasnya bisa.”

Di depan maupun di belakang Katya, Bunda selalu memperlihatkan bagaimana ia tidak percaya terhadap kemampuan putrinya tanpa pernah mendiskusikan isu tersebut secara terbuka.

Bunda terkesan malu dan “gerah” dengan diri Katya dan tentu saja ia menyadari itu. Akibatnya, perasaan Katya menjadi campur aduk; kecewa terhadap Bunda, kecewa terhadap dirinya, dan makin lama merasa dirinya memang benar-benar tidak mampu.

 

Cara menghilangkan rasa malu dan minder

Butuh waktu lama bagi Katya untuk mengatasi perasaan tak berharga yang menetap di hatinya.

Setelah bertahun-tahun berlalu, barulah Katya menyadari bahwa ia bukannya si anak serba nggak bisa, melainkan hanya butuh waktu lebih lama untuk fokus dan beradaptasi. Tudingan dan penghakiman Bunda justru memperparah proses itu hingga dirinya kian terpuruk.

blog sitta karina - cara menghilangkan rasa malu dan minderFoto: Madewell

Lantas, bagaimana cara menghilangkan rasa malu dan minder seperti yang Katya alami?

1. Menerima diri seutuhnya
Kita, begitu juga dengan orang lain (bahkan yang terlihat sempurna!), pasti memiliki kelebihan dan kekurangan.

Langkah awal membangun kembali harga diri yang runtuh adalah dengan menerima kelebihan dan kekurangan diri seutuhnya.

Tanpa fondasi solid ini, rasa minder akan kembali menghantui.

2. Stop membandingkan
Sering kali kita ikut menyaksikan pencapaian maupun kegagalan yang dialami orang lain, dan tergoda untuk membandingkannya dengan apa yang sudah diri sendiri capai. Yuk, mulai sekarang stop lakukan ini. Tiap orang (dengan keunikan, kelebihan, dan kekurangan masing-masing) memiliki jalan hidupnya sendiri yang bermakna. Jadikan pencapaian orang lain sebagai pecutan semangat untuk maju, serta kegagalannya sebagai pelajaran.

3. Fokus terhadap pemulihan diri
Akar masalah rasa malu dan minder di dalam diri kita perlu dicari tahu dan diatasi. Setelah mengetahui penyebabnya, lebih baik fokus memulihkan kondisi dari luka di masa lalu daripada membiarkan diri hanyut dalam dendam maupun perasaan bersalah. In other words, le’t move forward.

4. Bangun rasa percaya diri
Berkembangnya rasa malu dan minder mengakibatkan sirnanya kepercayaan kita terhadap kemampuan diri. Bersamaan dengan pemulihan diri dan meyakini mantra bahwa kita cukup, kita unik, kita baik, dan kita mampu—terlepas dari orang-orang yang berpendapat sebaliknya—membuat rasa percaya diri dapat dibangun kembali secara bertahap. Ingat, hanya kita yang mampu menyelamatkan diri ini.

5. Tentukan boundaries
Setelah semua kembali ke jalur yang benar, kini kita perlu set boundaries atau menentukan batasan perilaku orang lain yang kita terima. Batasan tersebut juga berlaku untuk orang terdekat, termasuk keluarga, dan ini bukan lantaran kita tidak menyayangi mereka. Sekarang kita belajar menyayangi dan menghargai secara proporsional, pun dengan mereka ke kita. Jangan sampai orang lain boleh berlaku seenaknya ke kita atas nama cinta, misalnya dengan membanding-bandingkan berkedok menasihati.

Setelah bertahun-tahun marah terhadap keadaan, kini Katya sudah bisa move on. Senang mengetahui dirinya tidak seburuk, se-“nggak bisa” itu. Kadang rasa kesal muncul ke permukaan kala teringat perlakuan Bunda kepadanya dulu. Namun, Katya tak ingin menghabiskan energinya di situ. Terlebih, dirinya kini tidak harus selalu bertemu Bunda karena tinggal di kost-kostan dekat kantor.

Apakah kamu pernah mengalami kondisi seperti Katya?

Apa cara menghilangkan rasa malu dan minder yang membuatmu sukses bertransformasi?

 

*) Feature image: @rebecacygnus



Leave a Comment

  • (will not be published)