Menjadi Pemimpin yang Baik Dimulai dari Ini


Blog Sitta Karina - Menjadi Pemimpin yang BaikBukan cuma doyan memerintah.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita menjumpai berbagai macam pemimpin. Mulai dari lingkungan paling kecil, kita menyaksikan bagaimana ayah memimpin keluarganya, yakni ibu, kita sendiri, dan saudara kandung. Di luar rumah, kita melihat cara seorang guru memimpin kelas yang kita juga berada di dalamnya.

Seiring bertambahnya usia dan pengalaman, kita menyaksikan berbagai macam kepemimpinan. Beberapa caranya kita sukai, dan sebagian lainnya membuat dahi mengernyit.

Pada beberapa kondisi kita dipimpin, namun adakalanya kita yang berkesempatan memimpin. Contoh paling simpel adalah saat bermain bareng teman-teman waktu masih kecil, tiba-tiba ada berceletuk,”Kamu aja yang paling depan. Kita tinggal ngikutin!”.

Nah, tanpa disadari saat masih kecil kita sudah didaulat menjadi pemimpin ‘kan? 🙂

 

Lebih dari Sekadar Bos

Pendapat yang populer di kalangan masyarakat—bahkan sampai detik ini—adalah pemimpin tak lain adalah seorang bos.

Dalam lingkup pekerjaan, kita tahu pekerjaan sosok bos sering kali tidak jauh dari mengawasi, mengatur, memerintah, menilai, menegur, bahkan menyalahkan anak buah atau tim yang dipimpinnya.

Baca juga: Agar Lamaran Kerja Cepat Diterima, Perhatikan Ini

Seorang bos memastikan pekerjaan beres dan tujuan tercapai, sedangkan apa yang pemimpin kerjakan lebih dari semua yang disebut di atas.

Sambil memastikan pekerjaan anak buahnya beres dan tujuan sukses tercapai, seorang pemimpin (yang bisa saja merupakan bos atau atasan kita) berperan aktif dalam tim, mendorong perkembangan anak buah, melatih mereka, mendengarkan aspirasi, dan tentunya bertanggung jawab penuh atas timnya.

Jadi, tidak semua bos maupun atasan merupakan pemimpin, yakni sosok yang memiliki kualifikasi kepemimpinan (leadership) yang mumpuni.

 

Menjadi Pemimpin Tak Hanya di Kantor

Menjadi pemimpin tak selalu identik dengan lingkup pekerjaan di kantor saja.

Kepemimpinan dan beragam tantangannya bisa terjadi di lingkungan sekitar kita, baik dalam keluarga maupun pertemanan.

Kepemimpinan itu sendiri adalah seni memimpin (menginspirasi, mengajak, dan mempengaruhi) orang untuk mengikuti visi dan misi kita.

Contoh sederhana adalah bagaimana kamu mengambil peran menjadi pemimpin di antara teman segeng. Masing-masing teman memiliki karakter berbeda. Ada yang pemalu, pemberontak, tidak suka basa-basi, cerewet, serta sensitif.

Ketika berdiskusi untuk menentukan destinasi liburan berikutnya, adu mulut pun pecah. Cukup menantang ‘kan mendinginkan suasana di tengah perbedaan pendapat—dan perbedaat sifat seperti ini?

Sebagai leader of the tribe, kamu tidak membiarkan si pemberontak begitu saja memaksakan pendapatnya serta mendorong si sensitif untuk berkenan mendengarkan dulu dan tidak kabur dari ajang diskusi.

Menjadi pemimpin yang baik juga bisa dimulai dari rumah.

Saya mengalami ini—dan masih terus belajar melewati proses yang berliku—saat membesarkan dua anak lelaki yang kini berkembang menjadi pra-remaja.

Baca juga: Ini Cara Menjaga Motivasi Kerja Agar Cepat Sukses

Dalam mendidik anak-anak yang semakin kritis berpikir, saya tak bisa lagi menerapkan cara-cara seperti ketika mereka masih berusia 5 tahun. Proses tarik-ulurnya pun berbeda. Perintah dan arahan semakin berkurang, tergantikan dengan diskusi dan, kadang, perdebatan. Namun lebih dari itu, saya senang ketika Harsya si sulung mengatakan,”Mengontrol emosi itu susah, Bu. Tapi, aku mau terus mencoba. Karena, aku lihat Ibu juga berusaha begitu.”

Lihat ‘kan, menginspirasi dengan teladan jauh lebih berfungsi daripada kita capek mengomel demi menasihatinya 😉

 

Cara Menjadi Pemimpin yang Baik

Bos maupun tidak, siapa pun bisa menjadi pemimpin yang baik dan efektif.

Jenis pemimpin seperti ini merupakan hasil tempaan kondisi dan pengalaman hingga tak hanya keahlian teknisnya  yang terasah, melainkan kearifannya juga.

Untuk menjadi sosok pemimpin yang baik dan efektif, ini yang sebaiknya kita lakukan:

1. Aktif mendengar

Mendengar masukan dan aspirasi anak buah merupakan salah satu penerapan komunikasi positif yang bisa diterapkan pemimpin. Dengan begini, anak buah merasa dihargai dan menjadi lebih bersemangat dalam bekerja.

2. Fokus pada misi dan tujuan

Seorang pemimpin harus berkeinginan kuat untuk mewujudkan misi dan tujuannya, serta mendorong tim untuk memiliki energi yang sama dalam mencapai itu, namun tetap fleksibel dalam upaya pencapaiannya.

3. Pahami keadaan tim

Kenali masing-masing anak buah dengan segala kekuatan dan kelemahannya. Junjung nilai-nilai yang disepakati bersama dan jadilah contoh untuk mengedepankan komunikasi yang positif sesama anggota tim.

4. Tantang sekaligus dukung

Pemimpin yang baik tidak bersifat keras atau malah memanjakan anak buahnya. Tantang mereka untuk menjadi inovatif, aktif terlibat, dan berani mengambil risiko demi hasil akhir yang OK. Jangan sudutkan jika mereka melakukan kesalahan, melainkan dukung untuk bisa mengambil pelajaran dan berkarya dengan lebih baik lagi.

5. Dahulukan empati

Sikap “memanusiakan” manusia membuat anggota tim merasa lebih dihargai dan menurunkan level stres dalam lingkungan kerja, terutama saat jadwal sedang luar biasa padat. Hasilnya, mereka akan lebih loyal terhadap komitmen tim, dan pada akhirnya, perusahaan.

6. Positive role model

Pemimpin yang baik tidak berjarak dengan anak buahnya, namun tetap mendapatkan respek yang semestinya dari mereka. Ini bisa terwujud karena sosok tersebut memiliki karakter, nilai, dan etika yang baik sehingga ia bertanggung jawab dan melakukan sesuatu yang benar. Hal inilah yang menginspirasi anak buahnya.

Menjadi pemimpin yang sekadar memerintah memang mudah. Maka itu, sosok ini yang secara sadar maupun tidak, kerap menjadi pilihan sebagian besar orang.

Tantang diri untuk “naik kelas” menjadi sosok yang tak sekadar menyuruh ini-itu, namun mampu menggerakkan dan menginspirasi tim mencapai tujuan bersama.

Apa saja yang sudah kamu lakukan untuk menjadi sosok pemimpin yang baik?

Apa tantangan terbesarnya dalam mencapai hal itu?

 

*) Feature image: @gabrielagriffith



Leave a Comment

  • (will not be published)


One Response

  1. Tantangan terbesar si mengikuti karakter tiap teman kelompok atau organisasi, dan emang sepertinya susah untuk bisa diajak nyatu kerja bareng. Tapi ga masalah selagi saya menikmati dan optimis, insyaallah bisa.

    Anyway, terima kasih kak sitta buat tulisan ini. Semoga dapat menginspirasi anak muda lainnya juga☺

    Reply