Tanpa perlu basa-basi berlebihan.
Apa yang terlintas di kepala tentang sosok yang menyenangkan?
Berkepribadian ceria, energik, atau selalu positif memandang kehidupan?
Pendapat umum itu ada benarnya, namun terasa sulit untuk diwujudkan bagi mereka yang pemalu dan introver. Karena, kedua sosok tersebut bisa dikatakan bukan tipe yang menggebu-gebu.
Ternyata menjadi pribadi yang menyenangkan tidak melulu diwakilkan sifat bubbly dan penuh semangat, melainkan ia dianggap mampu menghadirkan rasa nyaman saat berinteraksi dengan sekitarnya.
Anggi bukan sosok yang heboh dalam pergaulan, bertolak belakang dengan Riska si bintang pesta. Namun, ia dikenal peka dalam segala situasi dan nggak gampang “baper”. Saat Anggi muncul, Bryan yang geek nyaman membahas soal tech terkini dengannya, dan di lain kesempatan, ia juga OK diajak diskusi soal skincare terbaik oleh Riska dan Kierra.
Walau begitu, gosip tetap saja beredar. Anggi dianggap si penjilat yang palsu karena kemampuannya bergaul dengan segala jenis makhluk di kantor. Kebetulan tipikal penjilat dan tukang panjat sosial memang banyak di situ demi bisa bertahan dalam kerasnya dunia kerja.
Baca juga: 4 Tips Penting Menjaga Pertemanan di Era Media Sosial
Lantas, adakah cara menjadi pribadi yang menyenangkan dalam pergaulan tanpa terkesan palsu atau tidak tulus?
Thank God, ternyata ada, kok!
Coba terapkan ini ketika kita bertemu dengan sosok-sosok yang bukan teman dekat dan tidak bisa menghindari perbincangan dengan mereka:
1. Senyum adalah permulaan
Tersenyum, walau hanya sekelumit, terbukti mampu mencairkan suasana yang semula kaku. Senyum juga mampu mengikis judgment. Seseorang ternyata tidak sedingin itu saat ia berkenan tersenyum. Karena senyum merupakan cerminan isi hati, kondisikan dulu perasaan yang tenang sebelum mulai mengobrol 😉
2. Perbincangkan topik umum
Bahasan umum (bukan yang bersifat pribadi) yang lagi trending biasanya mampu menjadikan obrolan seru tanpa berkembang jadi gosip, atau bahkan “drama”. Namun, pastikan topik yang lagi ngetren tersebut bukan isu sensitif dan bermuatan SARA. Soal pilpres, misalnya.
3. Antusias mendengarkan
Cara menjadi pribadi yang menyenangkan bukan dengan terus-menerus menguasai pembicaraan. Tetapi, bagaimana kita mampu menjadi pendengar yang baik sehingga mampu memahami sudut pandang si lawan bicara.
4. Bertanya tanda perhatian
Lontarkan pertanyaan sebagai bentuk perhatian dan rasa ingin tahu terhadap apa yang disampaikan teman. Jangan cuma bercerita, bercerita, dan terus bercerita tentang diri sendiri—dan pencapaiannya. Tak ada yang suka mengobrol dengan orang yang egois, lho.
5. Dengarkan kata hati
Hati atau nurani selalu membisikkan kebaikan dalam situasi terburuk sekalipun. Dengarkan pendapatnya untuk mengimbangi akal yang kerap penuh perhitungan. Saat Riska menyebut nama mantan Anggi yang tak disukainya, Anggi tidak buru-buru bersikap jutek. Mungkin Riska cuma mau kasih tau aja lantaran hari ini mereka bertemu, batin Anggi.
6. Menghargai walau berbeda
Berbeda pandangan saat mengobrol merupakan hal yang wajar terjadi, kok. Daripada tinggalkan perbincangan, atau leave group, coba sudahi topik tersebut… and just agree to disagree. Jangankan dengan orang lain, bersama pasangan sendiri bisa berbeda pendapat 😀
7. Penuhi kebutuhan diri
Cukup tidur, cukup vitamin D dari paparan sinar matahari, cukup me time sampai cukup limpahan kasih sayang, semua itu membuat kita merasa utuh dan tidak mudah kesal. Menghadapi orang yang BT pun tidak lantas menjadikan hari kita kontan berantakan.
8. Jaga pikiran positif
Menjaga yang di hati dan pikiran tetap baik bukannya tutup mata terhadap segala hal buruk yang terjadi di sekeliling kita, melainkan berusaha memahami situasi dan merespons dengan bijak.
9. Lakukan yang disukai
Kita nggak selalu bisa berlibur atau santai-santai di rumah. Tapi, sesekali melakukan hal yang disukai di tengah kesibukan menjadikan diri tetap “waras” dan, tentunya, bahagia.
10. Selektif memilih inner circle
Nah, ini yang mendukung cara menjadi pribadi yang menyenangkan! Kita akan menjadi seperti lingkungan kita sehari-hari. Jika selama ini hidup kita dikelilingi orang-orang yang sinis, doyan menyalahkan, dan suka bergosip, lama-kelamaan kita akan menjadi seperti itu. Beri jarak terhadap sosok-sosok tersebut dan berteman baiklah dengan mereka yang mau terus belajar untuk menjadi diri yang lebih baik lagi.
Apa pun kata orang, Anggi hanya melakukan semua itu berlandaskan motto hidupnya: treat others how you want to be treated.
Baik atau tidaknya di mata orang, hal itu kadang subyektif. Apalagi bagi mereka yang kerap berburuk sangka.
Menurutmu, apa cara menjadi pribadi yang menyenangkan untuk diterapkan dalam pergaulan sehari-hari?
Dan bagaimana kamu menghadapi suara sumbang tentang dirimu selama ini?
*) Feature image via Pinterest
Seneng banget akhirnya bisa baca topik ini dari mbak sitta. Setuju banget dengan pernyataan bahwa manners saat berkomunikasi itu perlu ada. Bertanya dan mendengarkan, be a good speaker and gentleman listener. Biasanya saya lebih suka cuek dengan suara sumbang tentang saya, it means saya jadi seseorang yang penting dalam pembicaraan ‘mereka’ yah hahaa.
Thanks for sharing this mbak, help me alot to embrace my self to be a better one.
Betul, Rizal. Kita harus peka dengan jenis suara sumbang tersebut: apakah isinya kritik (yang bisa berdampak baik bagi perkembangan kita) atau sekadar makian saja 😉