Rendah kalori tapi bergizi tinggi.
Sudah terlalu banyak tips dan resep makanan sehat untuk diet yang kita coba selama ini. Dari yang terdengar mudah sampai yang tidak masuk akal. Mulai dari kurangi asupan garam hingga menyantap daging bergajih saja agar berat badan turun.
Namun, apakah BB tersebut turun?
Apakah tubuh akhirnya menjadi semakin langsing?
Dari pengalaman saya dan beberapa teman, tubuh memang menyusut dengan menerapkan pola diet trending tersebut. Sayangnya, hal itu tak berlangsung lama. Kurang dari dua minggu, BB pun kembali merayap naik. Padahal, tak jarang biaya yang dikeluarkan untuk mengikuti katering diet maupun treatment di klinik kecantikan sangat besar!
Mengapa Diet Selalu Gagal?
Sudah capek-capek diet dan berolahraga, tapi BB tidak juga turun.
Atau, sekalinya turun malah naik lebih banyak (diet yo-yo).
Sebenarnya apa yang salah sih?
Kesalahan terbesar yang bikin weight loss gagal adalah kita tidak paham cara diet yang benar.
Kebanyakan orang sering salah paham tentang konsep diet dan weight loss.
Ketika ingin menurunkan berat badan, ini yang biasanya dilakukan:
- Berolahraga mati-matian dengan harapan BB turun, tapi sesudah olahraga malah overeat.
- Tidak makan malam, tapi seharian ngemil melulu.
- Tidak sadar kalau selama ini minumnya yang berkalori tinggi (kopi susu, soda, liquor, juga es teh manis).
- Doyan makan gorengan tanpa kontrol.
- Malas mencari alternatif makanan sehat untuk diet karena sibuk dan akhirnya memilih junk food yang mudah didapat.
Jika kita perhatikan lebih detail lagi, hal-hal di atas sangat kontradiktif dengan tujuan kita dalam memangkas lemak tubuh dan malah sebaliknya, berpotensi menimbun lemak dari waktu ke waktu.
Padahal, jika kita ingin BB turun, maka tubuh harus dalam kondisi defisit kalori.
Defisit kalori merupakan kondisi di mana kalori yang kita makan dan minum lebih sedikit dari kalori yang dibutuhkan untuk beraktivitas sehari-hari.
Ini persis seperti yang dialami Nadya.
Dengan segudang aktivitas sehari-hari mulai dari ngantor sampai melepas stres dengan ikut yoga di penghujung hari, Nadya tipikal grab’n go soal makanan.
Baca juga: 4 Menu Sarapan Pagi Sehat Tanpa Ribet
Selama ini Nadya tidak suka makanan manis seperti cake dan donat, tapi ia doyan mereguk es kopi susu yang belakangan hits. Dengan serangkaian meeting dan kongkow sana-sini dalam sehari, total bisa 3 gelas ia minum.
Ketika BB naik 6 kg dalam 2 tahun belakangan, Nadya mulai deg-degan. Enam kilo terdengar sepele, sih. Tapi ia tahu, kalau dibiarkan, bukannya tidak mungkin dalam lima tahun beratnya bisa bertambah 15 kg!
Dengan sedikit panik, Nadya mulai membuat jurnal atas apa saja yang ia makan dan minum sehari-hari. Hasilnya luar biasa mengejutkan. Ternyata selama ini ia makan jauh lebih banyak dari yang tubuhnya butuhkan!
Beralih Ke Makanan Sehat untuk Diet
Nadya baru menyadari selama ini dirinya overeat.
Mentang-mentang pada meeting kedua tersedia risol dan iced tea, nggak berarti semua harus disikat ‘kan? Apalagi ia sudah mengisi perut dengan bolu keju dan es kopi susu pada meeting pertama, serta sudah sarapan bubur ayam sebelum berangkat.
Selain itu, Nadya juga heran. Ia sama sekali tidak kekurangan makan (yang dipikirnya, juga tidak kekurangan gizi), tetapi kenapa tubuhnya justru gampang sakit?
Ternyata ini salah kaprah nomor dua!
Makanan tinggi kalori belum tentu tinggi gizinya. Salah satu makanan yang memiliki dua kriteria tersebut adalah alpukat dan kacang almond.
Untuk menghindari craving berlebihan dan tubuh malnutrisi, Nadya akhirnya paham bahwa ia harus lebih banyak menyantap makanan dengan gizi seimbang seperti sayur, buah, telur, daging tanpa gajih, dan mengontrol asupan karbohidrat simpleks (nasi, roti, pasta, dan bakmi).
Beberapa makanan sehat untuk diet yang bisa menjadi pilihan (without breaking the bank!) antara lain:
1. Gado-gado
Gado-gado terdiri dari beberapa sayuran hijau seperti kangkung, bayam, kol, labu siam, kentang rebus, tahu, dan tempe yang disiram saus kacang. Dressing pada gado-gado ini ternyata mirip dengan sambal kacang pada pecel!
Foto: lazykitchen.com
2. Asinan Betawi
Asinan ini bisa disebut sebagai salah satu salad tradisional favorit! Isinya berupa sawi, kubis, taoge, tahu, selada, kacang goreng dan diberi siraman saus kacang serta kerupuk. Agar lebih enak dan crunchy, coba deh taruh di dalam kulkas dulu sebelum disantap.
3. Karedok
Ini merupakan sajian salad lokal asal Jawa Barat yang sayurannya (tauge, kacang panjang, mentimun, dan kol) masih mentah. Berbeda dengan sayuran pada gado-gado yang sudah dikukus terlebih dahulu. Sausnya juga berupa ulekan kacang yang sudah digoreng.
4. Salad Jepang
Salad kekinian ini bisa banget disiapkan di rumah! Sayurannya hanya terdiri dari selada/lettuce, tomat, mentimun, seledri cincang, irisan bawang bombay, sedikit perasan lemon, dan roasted sesame dressing. Untuk saus instan, biasanya saya memakai merk Kewpie.
5. Simple Salad
Walau isinya mirip dengan salad jepang, simple salad sebenarnya lebih bercita rasa “western”. Isinya berupa sayuran seperti lettuce, tomat, mentimun, dan irisan bawang bombay, dipadu dengan potongan roti panggang dan grilled chicken. Sausnya bisa berupa mayones campur saus sambal maupun Thousand Island.
6. Siomay
Siomay bisa jadi makanan sehat untuk diet juga? Bisa, dong! Asal banyakin porsi kubis, pare, dan tahunya saat memesan. Baru sisanya berupa kentang dan siomay itu sendiri.
Bisa dilihat ‘kan, sebagian besar makanan di atas itu “murmer” alias murah-meriah dan mudah didapat.
Tapi mesti diingat nih, agar diet kita sukses, pastikan pisah saus kacang maupun salad dressing saat membelinya dan tidak perlu siram semua ke dalam salad.
Bagi yang belum tahu, jumlah kalori pada dressing itu gede banget. Alih-alih ingin melakukan weight loss, atau menjaga berat badan tetap stabil, yang terjadi malah sebaliknya.
Selain itu, agar asupan protein terpenuhi, tambahkan potongan telur rebus pada campuran salad tersebut. Hmm… nggak hanya yummy, tapi juga bikin kenyang!
Apa saja makanan sehat untuk diet yang selama ini jadi favoritmu?
Apakah kamu tetap menyantapnya setelah body goals tercapai?
*) Feature image: The Awesome Green
One Response