Another teaser of #novelPHKM !
Menjelang terbitnya Putri Hujan & Kesatria Malam atau #novelPHKM, saya berjanji akan menayangkan satu cuplikan kisah lagi tentang pasangan favorit kita ini 🙂
Nah, bagi yang belum kenal Diaz Hanafiah maupun mengikuti kisah para sosialita Hanafiah sejak awal, sebaiknya intip dulu kisah sebelumnya, yaitu novel Lukisan Hujan:
Sepenggal Cerita Novel Lukisan Hujan untuk Kamu yang Romantis
LUKISAN HUJAN Edisi Baru dan Lama, Apa Bedanya?
That LUKISAN HUJAN’s Hotel Mulia Scene…
Bagi yang belum tahu Putri Hujan & Kesatria Malam alias buku ke-4 serial keluarga Hanafiah, bisa baca dulu sinopsis dan cuplikan ceritanya.
Setelah itu… langsung baca cuplikan terbaru dari novel Putri Hujan & Kesatria Malam di bawah ini, ya!
—
Diaz menghela napas berat. Mengutuk malam di Champrey takkan mengubah keadaan, apalagi menjadikannya pahlawan. Ia tak peduli dengan nama baik dirinya yang ternodai, tetapi bagaimana dengan reputasi keluarga Hanafiah?
Tatkala sampai di depan gedung tidak terlalu tinggi bernomor 235—sesuai dengan yang tertera di kertas kecil yang digenggamnya—Diaz menggigit bibir bawahnya. Rasa grogi dengan cepat merayapi kalbu, membuatnya hanya mampu bergeming di situ selama sepuluh detik.
Saat hendak melangkah masuk ke pintu utama bangunan berlantai lima itu, ia merasakan sesuatu yang dingin di punggungnya. Sebuah perasaan tengah ditatapi seseorang dari belakang.
“Yaz?”
Diaz terkejut mendengar suara lembut itu.
Baca juga: Imaji Terindah dan Ujian Persahabatan
Refleks, ia berbalik cepat dan mendapati Sisy berdiri di situ seraya memegang beberapa kantong kertas coklat. Terlihat roti baguette dan brokoli menyembul dari kantong tersebut.
“Hai, Si,” Diaz menyapa rikuh, sakit kepalanya mendadak sirna melihat gadis favoritnya dalam leggings hitam, kaos putih, dan jaket puffer simpel namun tetap cantik. “Gue kira, elo di dalam dan—“
“Diaz!” Lelaki ini tak sempat menyelesaikan kalimatnya ketika Sisy sudah menghambur ke arahnya, merangkul erat tubuhnya seperti ia akan menghilang kembali detik itu juga.
“Si… sy?” Diaz terlalu terperangah untuk merespons.
“My God, Yaz… Sisy kira kamu terluka parah, bahkan koma! Sisy ingin besuk kamu. Ingin tahu bagaimana keadaan kamu sebenarnya, tetapi semua orang tutup mulut soal ini. Sisy khawatir sekali…”
Kedua tangan Diaz memeluknya balik. “I’m okay,” bisiknya. This is so much better than I thought, ia membatin takjub. “Hmm, kayaknya aku harus sering-sering terluka, nih.”
“Nggak lucu!” Sisy spontan cemberut kala mengangkat wajahnya untuk menatap langsung mata cowok ini.
Diaz masih belum pulih dari hangatnya perlakuan itu. Si putri hujan yang sejak awal bertemu di SF tampak menarik diri—menjaga sikap—kini terang-terangan menunjukkan perhatiannya. Diabaikannya sengatan rasa sakit yang menjalari seluruh tulang rusuk lantaran rengkuhan posesif itu.
Jika tangan sekecil itu bisa menimbulkan rasa sakit begini, separah itukah kondisi tubuhnya sekarang? Diaz sempat merenung.
Sadar apa yang tengah dilakukannya, Sisy sekonyong-konyong melepaskan pelukan itu hingga Diaz seketika limbung, nyaris roboh. “M-Maaf.”
“Maaf kenapa?” tantang Diaz, menggenggam erat tangan kanan Sisy yang tidak sempat menghindar. Genggamannya tetap sekeras besi walau ia tidak berada dalam kondisi maksimalnya. “Sisy masih risi? Nggak enak hati karena aku tunangan orang lain. Begitu?”
Sisy tetap berusaha melepaskan tangan.
“Sesekali pikirkan dirimu sendiri, Si. Pikirkan kita.”
Pikirkan kita? Kedua alis Sisy mengernyit. Diaz ngomong apa, sih?
“Kamu nggak perlu risi lagi. Aku dan Freya… pertunangan kita sudah selesai.”
“Diaz…” bukannya semringah, Sisy malah melotot—heran bercampur takut—mendengar pengakuan tersebut,”ini gara-gara aku?”
Diaz mencuil hidung Sisy, tersenyum menahan sakit yang berangsur-angsur kembali. “GR banget merasa itu gara-gara kamu.”
“Oh…” Sisy menunduk. Suaranya terdengar kecewa.
Melihat reaksi intens itu, Diaz makin gemas. Mengapa Sisy selalu tampak lebih tegang—apa-apa dibawa serius?
“Dari dulu, ya cuma kamu, Si. Jadi, silakan merasa GR.”
“Yaz…”
“Nggak ada gunanya meneruskan sesuatu yang tidak datang dari hati…” Apa pun risikonya, biar gue yang menanggung semua itu.
Anakku dan Diaz.
Sisy langsung teringat bentakan Freya saat ia baru saja siuman di rumah sakit. “Tetapi, kamu dan Freya akan—”
“Diam.” Napas Diaz mulai terengah-engah, padahal ia hanya berdiri. Sama sekali tidak melakukan aktivitas berat. “Diam dan dengarkan aku.”
Sunyi kembali mengambil alih suasana.
Di depan, Sisy malah terus menatapnya dengan cemas. Tak ada kata yang mampu keluar, termasuk pertanyataan tentang masa lalu Diaz dan Freya yang sesungguhnya menguji rasa penasarannya. Dirinya masih terlalu takjub akan keajaiban kecil ini—Diaz hadir di sini.
Baca juga: Momen Baru Diaz-Sisy di Lukisan Hujan
“Si… air… minta air…” Diaz menekan bagian tengah dahinya dengan mata terpejam.
“Oh, oke—oke!” sesaat gadis ini bingung, namun tanpa membuang waktu, ia segera masuk ke dalam apartemen dan kembali dengan segelas air putih.
Sisy membantunya minum, sabar dan berhati-hati. Ia memberi waktu kepada lelaki ini untuk mengatur napasnya kembali. “Yaz, kamu belum pulih, ya?”
“Sudah!” Diaz setengah membentak, keras kepala seperti anak kecil. Kondisi seperti ini mengingatkannya akan hari-hari di rumah sakit—babak belur dan stres mendengar ocehan Freya yang kebelet menikah.
Ketika tangan Diaz melepaskan pegangannya pada pilar di beranda, tubuhnya mendadak oleng sampai Sisy harus mencengkeram bahunya agar tidak jatuh.
“Yaz!” gadis ini memekik khawatir. “Kita ke dalam dulu, ya?”
“Nggak usah. Di sini aja.” Diaz memejamkan matanya sesaat, terlihat belum sanggup berdiri tegak. “Jangan lepasin gue.”
Sisy mengangguk, sedikit resah serta kesulitan menahan beban berat genggaman pemuda itu. Haruskah ia antar Diaz kembali ke rumah sakit sekarang juga?
—
Dengan segala aral melintang, mampukah pertemuan Diaz dan Sisy menghidupkan kembali cinta mereka…
…atau, semua akan tetap terkubur di masa lalu?
Nantikan novel Putri Hujan & Kesatria Malam yang akan rilis di bulan Agustus dan langsung beli di toko online, ya! 😍
*) Feature image: @katchsilva
aaa deg2ann can’t waittt!!
ini cerita tambahan kah? atau gue udh lupa ya karena baca cerita ini pas cetakan pertama haha jadi ga inget ada part ini
Ini kelanjutan dari Lukisan Hujan. Dulu bukunya pernah terbit, kini akan rilis ulang dengan plot lebih detail 🙂
Pengen cepetan bacaaa omigoddd 😍