Jadi Entrepreneur Sambil Kerja Kantoran, Ini Caranya!


blog sittakarina - jadi entrepreneur sambil kerja kantoran ini caranyaTunggu sampai fondasi bisnismu kuat.

Beberapa teman, bahkan keluarga, pernah melakoni double job seperti ini lengkap dengan segala tantangan dan keseruannya.

Ada yang mengatakan ini bikin deg-degan dan lebih capek tiap harinya. Banyak juga yang merasa hasil akhirnya sepadan dengan kehebohan yang terjadi di masa-masa awal membangun bisnis.

Namun, sebaiknya kita tak hanya terpaku dengan sisi enaknya saja.

 

Suka Duka Membangun Bisnis Kecil

Berdasarkan pengalaman pribadi saat saya masih kerja kantoran dan proses berbisnis teman-teman yang kini sukses dengan UKM,  banyak PR atau pekerjaan rumah yang harus dikerjakan dengan melakoni dua profesi seperti ini.

UKM yang mereka jalani pun beragam, mulai dari busana muslim ready-to-wear, perlengkapan pesta, home goods, bahkan blog.

Seorang teman bahkan buka-bukaan, ia butuh tim yang terdiri dari 3 orang dan harus menggaji ketiga pegawainya ini secara rutin untuk mengelola blog tersebut!

Menjadi entrepreneur sambil tetap bekerja kantoran membuat kita setengah mati menjaga keseimbangan hidup. 

Tidur malam cuma 4 jam, kerjaan utama jadi keteteran, beberapa urusan rumah tangga terlewat adalah sebagian tantangan yang harus dihadapi ketika hustling in the new biz. Tentunya semua itu butuh adaptasi serta dukungan dari orang sekitar.

Selain itu, semakin lama terjun ke dalam bisnis, kita pun jadi semakin terbiasa dengan hustle—terus bergerak dan melangkah ke arah yang kian dekat dengan tujuan bisnis kita.

Baca juga: Lakukan 7 Hal Ini Agar Toko Online Laku

Saya tidak akan mengatakan bahwa ini menjadi proses yang mudah atau seindah unggahan di Instagram.

Pertama, dari segi profesionalisme. Kita harus ingat bahwa kita terikat kontrak secara legal dengan kantor tempat kita bekerja. Jadi, pekerjaan ini yang harus diprioritaskan.

Kedua, dari segi fokus. Akan sangat menantang untuk menambah aktivitas multitasking baru (yang sebelumnya sudah ada saat kita membagi fokus antara pekerjaan, keluarga, diri sendiri, sosial, dan lainnya) dengan hadirnya si bisnis kecil ini.

Ketiga, dari segi pemodalan.

Dan yang terakhir (serta terpenting), segi kesehatan diri kita sendiri saat menjalankan kesibukan baru ini.

 

Cara Menjadi Entrepreneur Sambil Tetap Ngantor

Jika kita sudah mempertimbangkan keempat aspek di atas, berarti kita siap untuk melakoni profesi ganda tersebut.

Lantas, apa saja yang sebaiknya dilakukan?

 

1. Manfaatkan minat dan passion

“Mau bisnis apa ya?”

Sebelum itu terlontar, coba tanyakan ke diri sendiri: kamu jagonya apa? Kamu sukanya ngapain? Masak, art & craft, menulis cerita, ngeblog, atau dagang?

Cara awal mencari tahu jenis biz apa yang ingin kamu jalani adalah dengan melihat talenta, minat, dan passion kamu selama ini. Karena, itu adalah kekuatan spesifik yang membuat dirimu unik.

Jika kebisaanmu itu diasah dengan tekun, bukannya tidak mungkin bisa jadi sumber penghasil uang 😉

 

2. Matangkan rencana bisnismu

Ini bisa dilakukan dengan melakukan perencanaan bisnis dengan baik, termasuk melakukan kalkulasi risiko yang akan dihadapi.

Saya tidak percaya dengan kesuksesan tanpa perencanaan.

Sukses tanpa perencanaan adalah keberuntungan.

Dan yang namanya keberuntungan biasanya tidak terjadi berulang kali.

Jadi, pastikan rencana bisnismu dibuat sematang mungkin. Bagi yang baru pertama kali membuat, panduan singkat ini bisa digunakan.

 

3. Mulai secara bertahap

Sisihkan waktu tiap harinya secara rutin (dulu saya 2 jam) untuk menggodok bisnis kecilmu ini. Mulai dengan melakukan riset, menyusun business plan, meninjau pemasok, dan lainnya.

Tanamkan komitmen dalam diri untuk terus melangkah ke depan, sepelan apa pun langkah tersebut.

Saat membangun Paperdiva Studio, saya paling pusing mencari vendor yang bisa menyediakan kanvas berkualitas premium dengan harga terjangkau. Setelah dapat pun, nggak langsung deal. Banyak nego kanan-kiri yang cukup menguras tenaga dan pikiran.

Kalau sudah begini, biasanya saya berhenti sejenak dan ingat, tujuan awal membangun ini untuk apa, serta jangan sampai skala prioritas jadi kacau—pekerjaan utama malah terbengkalai gara-gara keasyikan.

 

4. Pisahkan keuangan pribadi dan biz

Kita sering kali anggap enteng soal keuangan dan mencampuradukkan cashflow kebutuhan pribadi dengan usaha kita. Akhirnya tidak jelas mana laba, mana modal, dan mana pengeluaran buat nyalon.

Untuk urusan ini, saya terbantu banget dengan artikelnya Ligwina Hananto soal laporan keuangan. Dan dari sini, saya jadi tahu seperti apa cara menghitung omzet dan laba/rugi.

 

5. Disiplin membagi waktu

Kedisiplinan kita dalam membagi waktu buat kerjaan kantor dan waktu untuk biz erat kaitannya dengan kemampuan kita mengatur prioritas.

Kerjakan satu per satu, jangan bersamaan atau bahkan dicampur aduk.

Baca juga: Begini Cara Tentukan Fee Pekerjaan yang Pantas

Tidak hanya pekerjaan jadi tak selesai, profesionalisme kita pun akan tercoreng.

Selain itu, kita akan mengalami burnout atau stres dan kelelahan kerja yang luar biasa.

 

6. Lihat peluang

Jangan hanya berkutat mengembangkan biz dari dalam saja. Lihat peluang apa yang terjadi di luar, dimulai dengan lingkungan teman-teman kantor dan hang out kita selama ini.

Cari tahu, seperti apa pengalaman belanja online mereka, apa pandangan mereka terhadap produk kompetitor, sampai apa kegiatan favorit saat weekend. Dari situ kita bisa mendapatkan perilaku konsumen.

Dengan analisa perilaku konsumen yang OK, kita bisa manfaatkan itu sebagai peluang memajukan bisnis.

Contohnya, teman yang punya bisnis katering rumahan jadi tahu bahwa kebanyakan anak lebih suka menu chicken teriyaki daripada ayam bumbu rujak dengan wawancara beberapa rekan kerjanya.

 

7. Perluas jejaring

Perlebar koneksi dan networking dengan kolaborasi dan partisipasi aktif dalam pameran maupun acara sosial. Pastikan  bisnis yang kita jalani memiliki branding yang baik dengan selalu mengedepankan profesionalisme.

Pada akhirnya, jejaring yang luas ini tentunya akan memperkuat bisnis kita dan membuatnya jadi semakin dikenal orang, seperti yang kakak-beradik pengusung Vanilla Hijab lakukan.

 

Memulai jadi entrepreneur sambil tetap bekerja kantoran bisa dibilang langkah aman.

Ketika bisnis yang kamu jalani tidak berjalan lancar dan buruk-buruknya harus gulung tikar, akan selalu ada safety net berupa pekerjaan utamamu.

Selain itu, ada lagi yang harus kita ingat saat menjalani double job, yaitu kondisi seperti ini tidak bisa berlangsung selamanya.

Saat bisnis semakin berkembang dan menuntut lebih banyak lagi alokasi waktu, tenaga, dan pikiran, berarti sudah waktunya kamu memutuskan, apakah akan tetap kerja kantoran atau resign dan membangun UKM.

Jika kamu ingin jadi entrepreneur atau tengah merintis ini, poin mana yang menurutmu paling penting untuk diterapkan?

 

*) Feature image: @jcrew



Leave a Comment

  • (will not be published)


13 Responses

  1. Duh rasanya sulit ya, karena pernah ngerasain betul susah bingits bagi waktu antara waktu buat kantor sama buat bisnis dan sempet gagal bikin usaha ketika tahun 2010-an. Tapi memang typikal saya saat ini ndak suka gunain waktu kerja buat bisnis sendiri, secara kan perusahaan sudah membayar waktu kita untuk fokus diperusahaannya. ( Agama saya sangat menekankan hal itu juga sih)

    Nagh paling saat ini yang lebih mudah mensiasatinya, bisnisnya dijalankan oleh istri dari rumah ( btw istri saya sejak kita memiliki 1 anak dan s/d sudah 3 anak lebih fokus dirumah saja) yakni bisnis kulineran Dimsum Jakarta, Dimsum Halal Jakarta dari http://www.thedimsum.ID dan saya tetap membantu strategi onlinenya ketika sedang berada dirumah.

    gitu aja sih mudah” bisa jadi insight juga buat yg lain hehe

    Reply
    • Qudsi – Betul, menantang sekali. Saat ini saya coba memulai dengan bikin skala prioritas. Dahulukan 3 aktivitas terpenting tiap harinya. Maybe you can try too 😉

  2. Aisyah Nurrizki

    Kalo biz kecilnya bentrok melulu sama jadwal kantor gimana dong 😥

    Reply
    • Aisyah – Timbang pros & cons dari keduanya, lalu putuskan akan fokus jalani yg mana. Pada akhirnya (saat salah satu sudah membutuhkan fokus dan perhatian lebih), kita pun harus memilih salah satu 😉

  3. Tapi kalo karyawan kantoran itu kan baiknya memulai menjual produk yang dibutuhkan sama teman kantor. Nah kalo yang dibutuhkan tidak sesuai dengan minat dan passion kita, gimana?

    Reply
  4. Tapi tetep susah ya mbak jalanin usaha nyambi jadi pekerja kantoran yang full time di kantor . Hikz….

    Reply