Portofolio online kerjaanmu adalah iklan tentang dirimu.
Di era serba digital begini, semua bisa dilihat dan dicermati secara online.
Namun, apakah yang sudah kita kerjakan selama ini terdokumentasi dengan baik secara online, atau malah menghilang begitu saja begitu proyeknya selesai?
Sering kali yang terjadi justru yang kedua.
Ini karena kita belum sepenuhnya menyadari bahwa rekam jejak dan online visibility adalah sesuatu yang amat penting.
Saat perusahaan butuh orang yang cocok mengisi posisi manajer komunikasi, mereka tinggal mencari di LinkedIn.
Saat brand membutuhkan sosok yang pas untuk kampanye terkini soal ibu dan anak, mereka tinggal googling tentang blog parenting Indonesia.
Atau, saat pemerintah butuh narasumber dalam lokakarya menulis (writing workshop) di daerah-daerah, mereka tinggal mencarinya secara online, tanpa repot-repot mengumpulkan database penulis senusantara.
Baca juga: Lakukan 7 Hal Ini Agar Toko Online Laku
Jika semua informasi tersebut tidak tersedia saat pemberi kerja berselancar di internet, bisa-bisa kita kehilangan kesempatan mempromosikan diri. Karena, tak satu pun memperlihatkan siapa diri kita, apa karya kita di dunia online .
Intinya, tidak ada iklan tentang diri kita sama sekali.
We are what we do
Ada yang mengatakan bahwa jejak digital itu kejam. Apa yang pernah kita tulis dan bagikan di masa lalu—twitwor, trolling, curhat tanpa sensor—tidak begitu saja bisa dihapus.
Menyadari hal ini, pastikan segala hal yang terpampang di internet merupakan bagian dari promosi diri yang positif. Bahasa kerennya, personal branding.
Dulu upaya branding hanya identik dengan brand dan produk saja.
Sekarang tiap orang dengan, talenta, profesi dan keunikan masing-masing berusaha membangun personal brand diri. Tujuannya tak lain agar ia bisa lebih menonjol dari para pesaing, mampu meningkatkan kariernya, dan pada akhirnya mampu mencapai kehidupan sejahtera versinya.
Attitude secara tak langsung merupakan bagian dari personal branding.
Mau sebagus apa pun hasil kerjaan serta sebaik apa pun kesan yang kita tampilkan (charming, bijak, maupun witty), sangat mungkin semua jadi berantakan ketika attitude kita tidak baik. Baik saat offline maupun pas berselancar di internet.
Buat portofolio online yang OK
Yang dimaksud portofolio di sini tak lain sebuah dokumentasi lengkap karya dan pekerjaanmu, terutama yang cemerlang.
Portofolio karya yang dipajang di internet tersebut akan “berbicara” tentang kiprah dan perjalanan kariermu selama ini.
Isi portofolio bisa berupa karya-karya yang pernah dicetak atau ditampilkan di ajang publik (buku, foto, lukisan, desain busana), proyek dan kolaborasi yang pernah kamu lakoni (marketing campaign, proyek IT), maupun pencapaian-pencapaian signifikan (Cerpen Pilihan KOMPAS 2018).
Nah, setelah tahu apa saja isi portofolionya, langkah berikut adalah memastikan orang melihat “iklan” tersebut.
Ini beberapa cara yang bisa kamu lakukan:
1. Perbarui LinkedIn
Jika belum memiliki akun ini, segera buat. LinkedIn termasuk jejaring sosial, walau tampilannya yang berisi rangkuman bio, pengalaman kerja, dan pencapaiannya memiliki sentuhan profesional. Selain mendapatkan update terkini bidang pekerjaan yang kamu geluti, aktif di LinkedIn juga memperluas newtorking.
2. Punya domain sendiri
Di internat, domain adalah identitas unik kita. Oleh karena itu, saya memilih membeli sittakarina.com daripada menumpang sittakarina.wordpress.com seperti sebelumnya. Brand akan terlihat lebih profesional jika memiliki domain, web, dan alamat e-mail sendiri.
3. Miliki website
Ini yang mesti dimiliki setelah punya domain sendiri. Platformnya pun beragam: mulai dari Blogger, WordPress, self-hosted WordPress, sampai Squarespace. Isi website tersebut bisa sesimpel biografi singkat, beberapa artikel blog yang menarik dan disukai pembaca, dan deretan hasil karya kita.
4. Aktif di media sosial
Jadikan media sosial seperti Twitter, Facebook, dan Instagram sarana untuk menyampaikan gagasan, nilai-nilai, dan tentunya… showcasing your works! Pikir dua kali untuk bikin rusuh di medsos, karena beberapa teman di divisi HR (Human Resources) mengatakan, mereka akan mencari tahu tentang sosok pencari kerja sampai ke akun medsosnya sebelum menerima orang tersebut bekerja di perusahaan!
5. “Eksis” di acara-acara offline
Hadir di acara-acara tatap muka langsung, bersosialisasi, dan ditutup dengan sesi foto yang beritanya akan muncul di internet. Semua itu secara tidak langsung memperkuat personal branding kita 😄
6. Muncul di forum maupun blog orang lain
Cari forum terkenal seperti Kaskus dan Detik, lalu ikuti diskusi sesuai bidang pekerjaan kita sambil mempromosikan ide dan karya. Tentunya semua mesti dilakukan secara beretika dan bertahap. Cara lain, coba guest-posting di blog lain.
Bagus-tidaknya portofolio sangat mempengaruhi online presence kita. Jika online presence meningkat, maka personal branding pun menjadi semakin kuat.
Nah, online presence seperti apa yang diinginkan, tentunya itu kembali ke masing-masing individu 😉
*) Feature image: @projectmplus
Mudah2 an branding ku mulai jalan kak, secara pelan2 aq belajar dr nol, skrg alhamdulillah terasa kemajuannya
Iya bener juga. Yang masih sulit sih nomer 5, 6 kali yah. Semoga kedepan bisa belajar media sosial dan personal branding lebih baik lagi. Oh ya ka, kenapa sih personal branding tiap orang itu penting? Haruskah dicari?
Personal branding penting karena menyangkut citra dan cara pandang orang terhadap sosok kita, terkait dengan apa yang kita kerjakan selama ini. Dalam dunia online, personal branding turut berperan dalam sukses-tidaknya karier orang tersebut.