Kapan Perlu Menggunakan Dialog dalam Cerita?


blog sitta karina - kapan perlu menambahkan dialog dalam ceritaCerita jadi makin hidup.

Kita sering kali senyam-senyum kala membaca dialog romantis dalam novel favorit.

Dialog yang renyah tak hanya bikin bersemangat melanjutkan baca cerita, namun membuat kita hanyut di dalamnya. Tak terasa kita sudah sampai di bab terakhir!

Dialog menjadikan narasi cerita terus bergulir dan, tentunya, asyik dibaca. Dengan adanya dialog, cerita beserta substansi di dalamnya jadi kian jelas. Tak hanya itu, kedalaman cerita pun menjadi lebih bisa dihayati dan membekas di hati pembaca.

Tetapi, apakah setiap cerita, baik itu cerpen, novel, maupun novelet, membutuhkan dialog di dalamnya?

Kapan seorang penulis perlu menambahkan, atau tidak menambahkan, dialog dalam cerita?

Pertama-tama, kita perlu memahami lebih dahulu apa itu dialog dan apa, sih, fungsi sebenarnya 😊

 

Dialog: Deskripsi dan Fungsinya

Dialog adalah percakapan antar dua tokoh atau lebih dalam cerita.

Dalam sebuah karya fiksi seperti cerpen, novel, dan novelet, dialog tak hanya pemanis maupun sisipan belaka.

Dialog dalam cerita ternyata memiliki fungsi yang amat penting, antara lain:

  1. Untuk menjalankan plot cerita
  2. Untuk pengembangan karakter (character development)
  3. Untuk menjadikan adegan lebih hidup dan tidak datar
  4. Untuk membangun ketegangan (suspense)
  5. Untuk memisahkan beberapa adegan dan deksripsi dalam cerita jadi lebih mendetail

Baca juga: 6 Tips Menjadi Penulis Novel yang Bisa Kamu Mulai

Adakalanya dialog perlu ditambahkan ke narasi, sedangkan di lain waktu, cukup deskripsi yang melukiskan keadaan dalam cerita tersebut.

Kehadiran dialog memperkuat esensi cerita, hanya jika dialog tersebut digunakan secara tepat.

Nah, seperti apa penggunaan dialog secara tepat?

Yang jelas, penggunaan dialog dengan tepat—juga efektif—bukan diukur dari banyaknya jumlah dialog dalam karya fiksi, melainkan dari fungsi-fungsi yang dapat diperankan oleh dialog tersebut.

 

Kondisi-Kondisi yang Memerlukan Dialog

Dialog bikin cerita yang makin hidup dan seru.

Lantas, kapan ya waktu yang tepat untuk menambahkan dialog?

Perhatikan kondisi-kondisi berikut dalam cerita yang membutuhkan dialog:

  1. Ketika ada lebih dari 1 tokoh dan tokoh tersebut memiliki sesuatu yang ingin disampaikan.
  2. Ketika ada tokoh lain bergabung dalam sebuah adegan.
  3. Ketika ada tokoh yang berbicara kepada dirinya atau berkata di dalam hati.
  4. Ketika terlalu banyak narasi dan deskripsi dan kurang percakapan.
  5. Ketika sebuah pendapat lebih baik disampaikan langsung oleh si tokoh daripada diuraikan sebagai deskripsi.

Pastikan juga untuk awali dengan paragraf baru saat menggunakan dialog maupun ketika tokoh berbeda berbicara. Dengan begitu, cerita pun akan terjabarkan dengan baik dan tidak tumpang-tindih.

Penempatan dialog yang efektif membuat plot terus bergulir, mulai dari munculnya masalah hingga tercapainya klimaks, dan pembaca pun jadi lebih menikmati jalannya cerita.

Apakah kamu lebih menyukai cerita yang lebih banyak deskripsi, atau yang juga diimbangi dengan dialog? 😊

 

*) Feature image: Haute Stock



Leave a Comment

  • (will not be published)


2 Responses