Mau Investasi Reksadana, Pilih yang Mana?


Blog Sittakarina - Mau Investasi Reksadana Pilih Yang ManaBeda tujuan investasi, beda pula jenis reksadana yang dipilih.

Setelah keuangan nggak lagi “kebakaran” dengan budgeting dan pengelolaan yang lebih bijak, kita mulai masuk ke tahap investasi dan tertarik untuk mencoba instrumen reksadana.

Karena sebelumnya pernah bahas penjelasan detail tentang reksadana di sini, jadinya sekarang saya pengen cerita tentang jenis-jenis reksa dana berdasarkan kriterianya dan mengapa penting untuk kita mengetahui ini.

Beda reksadana ternyata beda pula komposisi portofolio di dalamnya.

Ini berarti tiap reksadana memiliki jangka waktu berbeda satu sama lain dalam mencapai tujuan investasi tertentu.

Secara umum, reksa dana dibagi menjadi empat jenis:

  1. Reksa dana pasar uang (RDPU)
  2. Reksa dana  pendapatan tetap (RDPT)
  3. Reksa dana campuran (RDC)
  4. Reksa dana saham (RDS)

Semakin kecil risiko dari reksa dana tersebut, maka akan semakin kecil return (keuntungan) yang dihasilkan, serta semakin pendek jangka waktu berinvestasinya.

Selain memberikan keuntungan, berinvestasi reksa dana juga bisa dimulai dengan modal kecil. Berbeda dengan investasi tanah, properti, maupun logam mulia. Hanya dengan Rp100.000 kita sudah bisa membeli reksa dana sesuai preferensi.

Reksa dana juga memiliki beberapa risiko yang mesti dicermati sebelum mulai berinvestasi, antara lain: tidak dijaminnya modal dan hasil investasi kita (berbeda seperti simpanan di bank yang dijamin LPS), risiko merugi, serta risiko tidak likuidnya reksa dana yang kita investasikan.

Setelah memahami faktor manfaat dan risikonya, reksadana mana yang akan dipilih dari keempat jenis tersebut? Nah, pertama-tama tentukan lebih dulu:

  • Apa tujuan investasimu?
  • Kapan tujuan investasi tersebut harus tercapai?
  • Berapa hasil investasi yang diinginkan?
  • Dan yang terpenting, seberapa besar risiko yang siap kamu tanggung?

Sebagai contoh, Alina memiliki tujuan investasi dana uang pangkal SD swasta untuk putrinya yang baru lahir. Tujuan tersebut harus tercapai 6 tahun lagi. Tahun ini, uang pangkal masuk SD nasional plus di wilayah tempat tinggal mereka sekitar Rp 20 juta. Dengan asumsi inflasi per tahun 8% dan keuntungan investasi per tahun sekitar 15%, maka dengan kalkulator investasi didapat proyeksi hasil investasi di masa mendatang sebesar Rp 31,7 juta dan Alina harus berinvestasi secara rutin Rp 283.157 tiap bulannya.

Besar ya? Ternyata nilai Rp 31,7 juta 6 tahun kemudian sebenarnya setara lho dengan uang Rp 20 juta pada tahun ini.

Hal tersebut tak lain karena inflasi yang menyebabkan harga barang terus naik dari tahun ke tahun, tak terkecuali uang sekolah anak.

Kira-kira produk reksadana apa ya yang dipilih Alina?

Baca juga: Serba-Serbi Mencari Pekerjaan untuk Hidup Mapan

Sebelumnya, Alina tentu harus mencermati keempat jenis reksadana yang bisa dibeli di agen penjual (bank dan perusahaan sekuritas), lengkap dengan kriteria-kriterianya seperti berikut ini:

Reksa dana pasar uang

Komposisi portofolio: seluruhnya berupa instrumen pasar uang (deposito, obligasi, Sertifikat Bank Indonesia)
Jangka waktu investasi: 0-12 bulan
Profil risiko: sangat konservatif

Reksa dana pendapatan tetap

Komposisi portofolio: 80% berupa surat utang negara maupun swasta (obligasi)
Jangka waktu investasi: 1-3 tahun
Profil risiko: konservatif

Reksa dana campuran

Komposisi portofolio: 80% saham dan obligasi, 20% pasar uang
Jangka waktu investasi: 4-6 tahun
Profil risiko: moderat

Reksa dana saham

Komposisi portofolio: setidaknya 80% berupa saham
Jangka waktu investasi: > 6 tahun
Profil risiko: agresif

Sesuai uraian di atas, Alina dapat memilih produk reksa dana campuran yang interval investasinya sesuai dengan waktu untuk mempersiapkan kebutuhan uang pangkal si kecil.

Terus, investasi reksadana bisa nggak sih untuk mengumpulkan dana liburan?

Bisa dong!

Contohnya, Eda baru saja diterima kerja setelah lulus kuliah. Niatnya untuk  menata kehidupan baru di dunia kos-kosan mendadak buyar lantaran dirinya kesengsem dengan paket liburan jelajah Flores yang harganya hampir mencapai Rp 8 juta. Eda bertekad akan hidup hemat demi bisa berangkat ke Flores 2 tahun lagi. Untuk itu, ia memilih berinvestasi pada reksadana jenis pasar uang (asumsi inflasi 8% per tahun, return investasi sekitar 7% per tahun) dengan menyisihkan Rp 364.113 tiap bulannya.

Nah, walau reksadana bisa dibilang anti-ribet, tetap saja kita perlu mencermati beberapa hal sebelum terjun ke dalam jenis investasi ini:

  • Cukupkan dulu kebutuhan pokok sehari-hari.
  • Pastikan tagihan kartu kredit dibayar lunas tiap bulannya.
  • Tentukan tujuan investasi.
  • Tentukan skala prioritas tiap tujuan investasi. Tentu saja, dahulukan tujuan yang paling penting.
  • Jangan berinvestasi dengan cara berutang.
  • Siapkan dana darurat sebelum mulai berinvestasi. Dengan begini, kita tetap memiliki uang cadangan saat portofolio investasi kita tengah merugi.

Lalu, seperti apakah reksadana yang bagus, yang harus kita beli?

Saya paling suka membandingkan kinerja reksadana satu dengan lainnya, serta melihat produk mana yang memberikan imbal hasil tinggi minimal 3 tahun berturut-turut.

Untuk lebih lengkap lagi, kinerja reksa dana tersebut dapat dilihat di sini.

Sudah punya rencana akan membeli reksa dana yang mana? 😄

 

Feature image: Eaters Collective via unsplash.com



Leave a Comment

  • (will not be published)


7 Responses

  1. aldy

    Bener banget itu, isi blognyaa sangat mengacu kepada masyarakat millenial sekarang. Pasti sangat bermanfaat hehe

    Reply
  2. Mutia

    Makasih ya, kak sitta. Jadi ada bayangan tentang reksadana pdahal selama ini blank 😅

    Reply