Memulai Bab Pertama dalam Novel Tanpa Pusing


blog sittakarina - memulai bab pertama dalam novel tanpa pusingSalah satu proses paling menantang.

Saat kita sudah memiliki ide cerita yang oke dan membuat perencanaan sebelum menulis, tiba-tiba di depan komputer malah blank. Tidak tahu mau menulis apa.

Padahal, sebelumnya semua sudah dipersiapkan dengan baik (setidaknya itu yang kita rasa ‘kan) 😀

Memulai bab pertama dalam novel yang baru mau kita garap kadang menjadi tahapan yang tricky, bahkan untuk penulis yang sudah berpengalaman sekalipun.

Memangnya bab pertama tersebut sangat penting, ya?

Sangat!

Baik di mata penulis maupun pembaca novel itu sendiri.

Bab pertama dalam novel kerap disebut sebagai narative hook, yakni pembuka cerita yang mampu mengikat perhatian pembaca sehingga ia terus-menerus melahap ceritanya.

Bab pertama dalam novel merupakan penentu apakah pembaca mau melanjutkan bacaannya, atau malah menutup buku.

Oleh karena itu, jika bersungguh-sungguh ingin menjadi penulis, kita mesti terus mengasah keterampilan menulis, termasuk dalam memulai cerita.

Buka cerita dengan sesuatu yang tidak biasa. Fokus pada plot dan unsur-unsur yang terlibat di dalamnya. Intinya, susun bab pertama yang tidak bertele-tele dan menjadikan cerita bergulir

Baca juga: Cara Mudah Menulis Cerita ala Anak SD

Lantas, bagaimana cara untuk memulai bab pertama dalam novel yang dapat menarik perhatian pembaca?

Sebagai contoh, kita akan menggunakan plot fiksi berikut:

Lira kembali ke Sekolah Surya Mandiri dan keadaan tak lagi sama seperti yang diingatnya. Dua sahabat perempuannya menghindar. Randya, bekas teman sekelas yang pernah dekat dengannya, menyambutnya dengan dingin.

Berikut narative hook atau bab pertama dalam novel yang bisa dibuat berdasarkan plot di atas dengan empat pendekatan berbeda:

1. Gunakan prolog

Apa bedanya prolog dengan bab satu cerita? Prolog merupakan pembuka berisi informasi latar belakang yang berkaitan dengan cerita. Biasanya prolog terjadi pada rentang waktu jauh lebih awal sebelum cerita dimulai.

Awali dengan prolog jika memang dibutuhkan penjelasan lebih lanjut sebelum timeline utama cerita dimulai.

Contoh:

Ada mitos mengatakan Sekolah Surya Mandiri bukanlah sekolah menengah biasa. Siswa yang datang dan pergi dari sekolah tersebut tidak terjadi begitu saja. Ada kekuatan—dan uang—lebih besar yang mengatur semua itu. Namun, mereka yang sudah pergi biasanya takkan kembali lagi.

2. Buka dengan aksi tokoh utama

Tulis bab pertama dalam novel dengan rangkaian aksi atau tindakan yang dilakukan si tokoh utama untuk membangun intensitas cerita secara cepat. Aksi tersebut tak harus langsung dramatis, namun pastikan dari waktu ke waktu terasa semakin seru, semakin menggelitik rasa penasaran pembaca.

Contoh:

Begitu Lira menjejakkan kaki di Sekolah Surya Mandiri, seketika ingatannya kembali ke awal masa SMA yang menyenangkan. Ia langsung berlari ke ujung koridor, mencari-cari nama yang dikenalnya pada papan pengumuman.

Indah dan Keke juga di kelas 3A. Ia sekelas dengan sahabat-sahabatnya!

Ketika Lira menghambur ke dalam ruangan kelas tersebut dan melihat kedua orang itu berbincang ceria di meja, ia pun langsung memanggilnya.

Baik Indah maupun Keke mengangkat  kepala, sekilas tampak terkejut mendapati sosok di depan pintu, lalu kembali bercakap-cakap dengan beberapa siswi lain tanpa mengacuhkan kehadiran Lila.

Lira mematung, bingung dengan reaksi dingin tersebut.

Baca juga: 3 Cara Menulis Cerpen Inspiratif dan Contohnya

3. Awali dengan dialog menarik

Dialog pembuka bab pertama bukanlah sekadar obrolan basa-basi antar tokoh yang tidak memiliki tujuan. Dalam cerita, dialog dapat menjadi sarana powerful pengganti narasi yang mampu menjadikan cerita bergulir.

Contoh:

Setelah melihat nama kedua sahabatnya tertera pada papan pengumuman, Lira bergegas masuk ke ruangan kelas.

“Indah! Keke!”

Kedua orang itu hanya menoleh sekilas.

“Percuma elo panggil mereka.”

“Randya?” Lira berbalik badan.

“Semua sudah berubah di sini.”

Lira agak kecewa mendapati laki-laki ini terlihat senang bertemu dengannya. “Termasuk elo?”

“Mungkin.”

4. Mulai dengan kilas balik

Kilas balik atau flashback tepat dijadikan pembuka bab pertama dalam novel jika cerita yang kita buat memiliki latar masa lalu yang dalam dan cukup dominan perannya dalam plot.

Tidak perlu beberkan semua kejadian di masa lalu pada bab pembuka, melainkan cukup sebagian kecil kilas balik saja untuk menstimulasi rasa penasaran pembaca hingga mereka menebak-nebak apa sih yang sebenarnya terjadi.

Contoh:

2 tahun yang lalu

Ketika Lira menoleh ke atas, tampak langit-langit sekolah berangsur runtuh dan ia tetap terpaku di situ.

“Jangan diem aja, Ra! Elo bisa mati.”

Sebuah tangan menarik keras lengannya, menyingkir dari situ.

Di sampingnya, Randya terlihat tengah bersimpuh sambil terengah-terengah. Mereka berdua bersandar pada meja yang posisinya terbalik.

“Kenapa mereka ngejar kita, sih?”  bisik Lira.

“Karena kita tahu terlalu banyak.”

Masa kini

Begitu Lira menjejakkan kaki di Sekolah Surya Mandiri, seketika ingatannya kembali ke awal masa SMA yang menyenangkan. Ia langsung berlari ke ujung koridor, mencari-cari nama yang dikenalnya pada papan pengumuman.

Indah dan Keke juga di kelas 3A. Ia sekelas dengan sahabat-sahabatnya!

Ketika Lira menghambur ke dalam ruangan kelas tersebut dan melihat kedua orang itu berbincang ceria di meja, ia pun langsung memanggilnya.

Berangkat dari satu plot yang sama, ternyata penyajian narative hook pada bab pertama bisa bermacam-macam. Hal ini tergantung titik berat serta tujuan yang ingin dicapai pada cerita tersebut.

Untuk mengetahui pendekatan mana yang paling pas, sebaiknya seorang penulis mencoba merenungkan kembali seperti apa ide dan bagaimana cerita tersebut akan disampaikan.

Nah, menurutmu cara mana yang paling oke untuk menyusun bab pertama dalam novel?

Diskusikan, yuk! 🙂

 

*) Feature image: The Chriselle Factor



Leave a Comment

  • (will not be published)


5 Responses

  1. Arriana

    Aku masih bingung Kak, apakah prolog harus dibuat menggambarkan karakter atau hanya jalan cerita secara ringkas, atau ada juga yang mengambil di tengah tengah jalan cerita, atau plot missing di tengah cerita ternyata ada di prolog, kalau Kakak lebih suka pakai yang mana?

    Reply
  2. Pengen banget menjadikan beberapa potongan tulisan menjadi buku. Selalu mencari referensi cara menulis. Terima kasih ilmunya, Mbak 🙏🏻

    Reply