Cara Melatih Konsentrasi Anak Agar Fokus Belajar


Blog Sitta Karina - Cara Melatih Konsentrasi AnakMelatih konsentrasi anak berbeda dengan orang dewasa.

Bagi sebagian anak, konsentrasi adalah hal yang sulit dilakukan.

Ini sebenarnya wajar, mengingat besarnya energi, rasa ingin tahu, serta cepatnya perubahaan mood pada usia kanak-kanak. Ketika beranjak besar atau memasuki pra-remaja, ketiga hal itupun semakin bisa mereka kendalikan.

Melatih konsentrasi anak merupakan sesuatu yang penting dilakukan.

Nah, mengapa demikian?

Anak yang mampu fokus dalam jangka waktu cukup lama dapat menyelesaikan tugas dan kegiatannya dengan baik serta sesuai waktu yang ditentukan.

Tugas dan kegiatan-kegiatan tersebut mencakup belajar di sekolah, mengerjakan tugas di rumah, membuat prakarya saat ekstrakuriler art & craft, sampai sesederhana menyelesaikan snack sesuai lama waktu istirahat di sekolah.

Melatih konsentrasi anak merupakan upaya berkelanjutan yang bisa dimulai sejak usia batita.

Caranya tentu tidak instan dan harus dibangun dari waktu ke waktu.

Tidak semua anak yang sulit konsentrasi terlihat lasak atau terlalu aktif. Beberapa bahkan cenderung pendiam dan terkesan pemalu, namun mereka sulit untuk mengutarakan keterbatasannya ini.

Orangtua bisa mengetahui apakah si kecil mengalami sulit konsentrasi atau tidak dengan mengamati rentang perhatian dirinya saat mengerjakan kegiatan spesifik, misalnya membaca buku maupun mengerjakan latihan soal.

Baca juga: Agar 5 Tahun Perkembangan Anak Jadi Maksimal

Kunci utama agar upaya melatih konsentrasi anak berjalan lancar adalah dengan mengkondisikan suasana beraktivitas dengan sabar dan penuh kasih sayang.

Karena, semakin anak ditekan untuk mampu berkonsentrasi, ia justru semakin gelisah dan akhirnya menolak.

Nah, berikut ini adalah cara melatih konsentrasi anak agar mereka fokus saat belajar maupun menyelesaikan kegiatan lain sehari-hari yang bisa kita upayakan sebagai orangtua:

1. Kurangi distraction

Matikan TV dan singkirkan segala bentuk gawai dari jangkauan anak saat anak mesti mengerjakan tugasnya. Tak hanya itu, simpan juga benda-benda yang bisa dijadikan mainan oleh si kecil. Misalnya, gunakan kertas secukupnya di atas meja. Singkirkan beberapa kertas lain yang tidak terpakai sebelum anak—dengan imajinasi kreatifnya—menjadikan itu pesawat-pesawatan 😀

2. Buat target kecil

Jangan langsung menyusun tujuan besar yang malah membebani si anak seperti harus belajar tiap malam mulai pukul tujuh selama satu jam. Mulai dengan target kecil dan diskusikan dulu seperti apa cara mencapai target tersebut. Misalnya, setelah bermain di sore hari, malamnya review bahasan di sekolah—dan si kecil yang menentukan mata pelajaran serta durasi kegiatannya.

3. Lakukan kegiatan fisik

Kegiatan fisik seperti olahraga maupun sesimpel bermain kejar-kejaran ternyata tak hanya bermanfaat bagi kebugaran tubuh, melainkan mampu meningkatkan konsentrasi. Kegiatan fisik yang menyenangkan di antara belajar dan les dinilai efektif untuk mengeluarkan kelebihan energi si kecil dan menghalau kejenuhan.

4. Ciptakan rutinitas bermakna

Buat jadwal dan rutinitas yang sama dan memiliki tujuan jelas tiap harinya. Gunakan pendekatan yang seru dan kreatif saat mereka terlihat bosan. Lama-kelamaan anak menjadi terbiasa dan kita tidak perlu setengah mati memaksa, apalagi berantem dengan mereka, demi mengajak mereka fokus dengan kegiatan yang harus dilakukan. Misalnya, bermain di luar pada pukul empat sore dan setelah itu belajar pada pukul tujuh.

5. Cukup istirahat

Pastikan total waktu istirahat si kecil dalam sehari, terutama selama tidur malam, mencukupi. Selain itu, ciptakan break singkat antar kegiatan agar ia tidak merasa kewalahan, bahkan stres.

6. Hindari jadwal yang terlalu padat

Kegiatan yang terlalu banyak dan berdekatan satu sama lain membutuhkan kedisiplinan dan fokus tinggi. Untuk sebagian anak, ini membuat mereka tertekan dan justru sulit konsentrasi. Bagi jadwal menjadi beberapa kegiatan kecil agar lebih mudah dilakukan dan tidak terjadi penolakan dari si kecil.

7. Jangan lupa waktu bermain

Padatnya kegiatan terstruktur bagi anak (belajar di sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, aktivitas klub, les-les penunjang) membuat otaknya mudah lelah. Anak juga butuh waktu bermain sesuai preferensinya—tiap hari. Jangan lupa berikan hak mereka yang esensial ini demi mental yang tetap sehat 😉

Seiring bertambahnya usia anak, kemampuan untuk melatih konsentrasi diri pun akan semakin terbentuk dengan baik jika dibiasakan sejak kecil.

Tentu anaklah yang akan menuai manfaat baiknya jika ini mampu mereka kuasai sebelum menginjak usia dewasa, dan akan menjadi masalah jika yang terjadi adalah sebaliknya.

Bagaimana cara melatih konsentrasi anak yang menurutmu paling efektif?

 

*) Feature image: @mahargyojati



Leave a Comment

  • (will not be published)