Cari Teman Curhat yang Baik? Ini Kriterianya


Blog Sittakarina - Cari Teman Curhat yang Baik Ini KriterianyaJangan sampai salah pilih.

Hidup nggak selalu di langit ketujuh dan penuh keceriaan. Ada saatnya sesuatu terjadi di luar rencana hingga kita pun merasa bingung, tertekan, atau bahkan sedih.

Saat di mana kita butuh sosok untuk bersandar dan memberi dukungan, namun tak ada keluarga di sisi untuk memberikan itu.

Itulah saat di mana kita membutuhkan teman berbagi.

Waktu yang pas untuk cari teman curhat.

 

Dicari: teman yang mau dengar curhat

Siapakah sosok ini?

Dan apakah harus dari keluarga?

Sosok tersebut biasanya sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari, baik dalam kancah pergaulan maupun profesional.

Uniknya, mereka tak selalu datang dari keluarga maupun kerabat dekat.

Mereka bisa saja teman yang berbagi kamar kos dengan kita, rekan sekelompok dalam proyek kelas, kolega andal yang mendukung kita ketika saat memanasnya weekly meeting, maupun sosok pengertian yang mau meluangkan waktu demi menemani kita ngopi usai kerja.

 Di lingkungan mana pun, seseorang pasti akan merapat ke sosok lain yang sevibrasi dengannya.

Awalnya, semua teman akan terlihat baik. Bahkan, ada yang kebaikannya “too good to be true” saking berlebihan dan tak ada celanya. Namun, setelah dilihat-lihat lagi, ternyata di belakang doyan ghibah!

Tenang saja… seleksi alam nggak pernah salah—terutama dalam pergaulan. Karena, yang terlihat baik maupun yang benar-benar baik pada akhirnya akan terungkap.

Walau begitu, jangan sampai kitanya malah jadi curigaan dan berburuk sangka. Cari teman curhat yang berkenan mendukung kita (bukannya memanfaatkan kesulitan kita) memang butuh waktu. Kita pun mesti sabar dalam menjalani prosesnya.

Dan yang pasti, kitanya nggak cuma berdiam diri, menunggu teman yang cocok menghampiri kita. Bersikap ansos (baca: anti sosial) hanya membuat kita semakin tersisih dari lingkungan—sekeras apa pun kita berargumen bahwa kita oke saja dengan keadaan seperti itu.

‘Coz we’re actually not.

Jadi, langkah pertama yang bisa dilakukan untuk cari teman curhat yang baik adalah dengan membuka diri dan tetap berprasangka baik.

Membuka diri artinya memberi kesempatan untuk menjajaki pertemanan dengan siapa pun tanpa sikap mengeneralisir atau stereotyping.

Misalnya, kita enggan memulai obrolan dengan teman yang mengenakan cadar karena belum-belum melabel sosoknya ekstrim.

Atau, kita memilih menjauhi teman yang bertato karena yakin orang itu pasti memiliki pergaulan yang buruk!

Padahal, kita tidak akan pernah tahu seperti apa sosok itu sebenarnya sebelum kita benar-benar berinteraksi dalam jangka waktu yang tidak sebentar.

Just like the old saying: don’t judge the book by its cover.

 

Mencarinya butuh proses

Setelah jalani pertemanan dengan beberapa orang, baru deh kita saring mana yang dirasa paling cocok dan nyaman.

Soal ini, preferensi dan penilaian nyaman-tidaknya tentu kembali ke masing-masing orang.

Pengalaman Danisha bisa jadi contoh.

Baca juga: Jangan Ada Drama di Antara Kita

Dulu Danisha pernah mengalami hal yang tidak enak. Saat duduk di kelas 5 SD, ia kerap jadi bahan olok-olok teman sekelas lantaran bertubuh gendut. Lima belas tahun kemudian, Danisha nggak hanya tambah bijak, nyatanya ia juga tambah langsing.

Namun, ia masih teringat perlakuan orang-orang saat dirinya kelebihan 10 kg. Beberapa teman perempuan—Lara dan gengnya—di kantor masih suka ngegosip saat Astrid yang curvy melintas.

“Liat deh, ada gajah bledug.”

“Hati-hati gempa!”

“Makan kok jadi hobi! Harusnya dia contoh lo ya, Dan, yang tiap hari makan salad.”

Lara dkk menganggap Danisha bagian dari mereka semata karena dirinya bertubuh ramping dan tidak menolak ketika diajak ke FABLE, walau cuma sekali.

Tapi, di dalam hati, Danisha tahu seperti apa tabiat asli Lara dan dayang-dayangnya ini. Mereka tak ubahnya teman-teman yang dulu doyan melakukan body-shaming kepada dirinya.

Tak butuh waktu lama, ia yang tadinya hanya berdiskusi soal kerjaan dengan Astrid, kini gantian Go-Food-in makanan saat kongkow di kos-kosan.

Yang bikin Danisha lebih kepincut lagi sama Astrid, secara terbuka sobat barunya berkata begini: “Ajarin gue diet yang sehat ya, Dan. Bukannya demi nggak dikatain kayak gajah bledug, tapi biar bisa punya bodi fit kayak lo. Thanks for staying with me.”

Tidak semua orang yang kita kenal layak dijadikan teman curhat.

Ingat, lho… saat itu kita baru sebatas tahu nama dan lihat sepenggal kehidupannya saja.

 

Kriteria teman curhat yang bisa diandalkan

Seseorang pantas jadi teman curhat ketika ia sudah naik pangkat dari teman jadi sahabat.

Jadinya, sekarang kita tahu dong kriteria yang  perlu dilihat dari seseorang saat cari teman curhat.

Sosok tersebut mesti memiliki kualifikasi basic seorang sahabat yang baik, antara lain:

  • Bisa dipercaya (dia nggak bakal nikam kita dari depan, apalagi dari belakang!)
  • Ucapan dan perbuatannya sejalan alias walk the talk!
  • Menghargai perbedaan
  • Nggak baper-an
  • Saat ada masalah, orientasinya menyelesaikan. Bukannya dijadiin drama
  • Nggak posesif (kamu tentunya boleh dong kongkow dengan teman selain dia)

Sahabat nggak harus selalu harus kongkow bareng. Walau sedang tidak bersama-sama, kita tahu orang ini akan menjaga kita dari depan maupun belakang.

Sahabat juga tak selalu seiya-sekata dengan kita. Walau tujuannya sama, ada saja cara dan pandangan yang berbeda dalam mencapainya—dan semua itu dimaklumi satu sama lain tanpa harus jadi ribut.

Intinya, sahabat atau teman curhat yang oke adalah mereka yang menghargai kita dalam segala situasi, bahkan yang terburuk sekalipun.

Nah, menurutmu, kriteria apa yang paling penting dari sosok sahabat maupun teman curhat?

 

*) Feature image: Lucas Lenzi via unsplash.com



Leave a Comment

  • (will not be published)