Untuk siapa hati ini berdetak?
“Aku tidak tahu apakah kamu suka ini atau tid—”
“This will do. Thank you.”
“Could you please help me on this?”
“Sure…”
“Aga nggak berubah.”
“Kita pernah kenalan?”
“Sekarang, ya.”
—
Kangen baca #ceritasittakarina sambil setia menunggu buku terbaru serial Air Mata Pedang atau biasa dikenal sebagai serial Keluarga Hanafiah dirilis? 😆
Kenalan dengan Aga dan Kisa di cerita romance terkini, “Hati Tetap di Sini”, yuk!
Hati Tetap di Sini sebenarnya merupakan cerita lama yang saya susun sebelum Lukisan Hujan, yakni sekitar tahun 1999. Judul aslinya adalah Wishful.
Inspirasi awal cerita ini berasal dari rasa sukacita tatkala merayakan Lebaran bersama keluarga besar yang bahkan beberapa wajah—dan namanya—terasa asing bagi saya.
Perayaan setahun sekali ini begitu berkesan dan selalu saya tunggu-tunggu di tahun berikutnya. Kebaya, gaun lace, dan sandal hak tinggi bertabur manik-manik dekoratif… semua berkilauan bahkan di siang hari. Saudara jauh yang dahulu main kejar-kejaran, saat Lebaran mendadak jadi kalem dan terlihat gagah lima-enam tahun berikutnya. Cerita yang dibagi pada momen itu pun tak pernah sama; ada saja kejutan baru.
Aga Sudiro dan Kisa Wilaras juga bertemu pada momen riuh nan bermakna ini. Bersama, keduanya mengurai makna dan teka-teki yang selama ini mengikat keluarga besar, The Society, dan mungkin juga perasaan mereka.
Foto: SPELL
Intip sinosis dan cuplikan bab 1 cerita romance yang dirilis secara berkala melalui Wattpad ini:
Sinopsis
Aga jatuh hati kepada Kisa sejak pertemuan pertama mereka saat perayaan Lebaran. Kisa datang dan pergi tanpa bisa ditebaknya. Apakah semua ini permainan waktu, atau tak lain permainan Kisa?
Cuplikan bab 1
Jakarta, 1983
LEBARAN selalu menjadi momen kesukaanku. Ketupat ada di tiap sudut meja dan gubuk penganan, saudara yang jarang kulihat wajahnya terus berdatangan, sampai dengan “salam tempel” yang bikin aku kaya mendadak, meski semua itu mesti dilakukan dalam baju formal yang bikin gerah.
Namaku Agasthya Sudiro. Dua bulan yang lalu, aku baru saja berulang tahun kedelapan. Seperti biasa, waktu itu rumahku ramai—seperti Lebaran hari ini. Banyak temanku datang dengan batik dan sepatu mengilap sepertiku—beberapa berjas dan dasi—namun, rasanya lebih banyak lagi teman Papa yang memenuhi ruangan.
Bik Munah, si asisten rumah tangga yang sudah bersama sejak Mama duduk di bangku TK, berkata bahwa nama belakangku yang memungkinkan semua ini terjadi. Menanggapi itu, aku hanya mengangkat alis keheranan. Bahkan, hingga detik ini.
“Mas Aga nanti yang akan jadi penerusnya,” lanjut Bik Munah, membuatku berpikir wanita bertubuh agak gempal ini mulai berkata-kata mirip Mama lantaran selalu siap siaga di sisinya. Tetap saja aku tak memikirkan itu lama-lama. Aku baru delapan tahun, duduk di kelas 4 SD… pastinya ada hal yang lebih seru dilakukan daripada dibuat bingung oleh serangkai nama.
Foto: ETM
Mama memboyongku dan Kintan, adik perempuanku yang masih berumur empat, ke ruang tengah dengan patung kristal Rogaška yang terlihat lebih berkilau dari biasanya dan kini ditempatkan di tengah ruangan seperti ia si tuan rumah.
Aku sungguh tak habis pikir, mengapa benda antik, besar, dan mudah pecah itu ditaruh di titik pusat keramaian. Bagaimana kalau patung indah yang konon dihinggapi arwah gentayangan itu pecah, kemudian malah menghantui rumah ini, atau kamarku yang berada tepat di atasnya?
Pandanganku beralih ke samping kiri. Tampak Papa sedang bersalaman dengan beberapa kerabat yang tampak elegan dalam setelan jas maupun busana muslim menjuntai.
Aku melirik ke Kintan yang kini berdiri di sebelah Papa. Wajah adikku ini dilipat, tidak suka dengan sikap tamu yang mencubiti pipi tembemnya. Aku hanya diam di sampingnya, sesekali tersenyum seadanya ke arah mereka yang menyapa “Apa kabar?” tanpa peduli apa jawabanku.
“Wah, May! Anakmu ganteng banget seperti bapaknya.”
Kepalaku terangkat mendengar pujian bervolume nyaring itu.
Teman arisan Mama.
“Aga badannya tegap. Senang main basket ya, Nak?”
—
Bagaimana pertemuan bermakna Kisa dan Aga dalam cerita romance yang masih terus bersambung di Wattpad ini?
Seperti apa takdir yang terlukis untuk mereka di masa mendatang?
Hope you enjoy every bit of Hati Tetap di Sini, folks ❤️
*) Feature image: Nouba