Penulis kerap melewatkan tahap ini.
Saat cerita kedodoran di tengah, berarti ada hal esensial yang selama ini terlewatkan.
Cerita kedodoran?
Memangnya bisa ya?
Bisa banget!
Tanyakan pada semua penulis yang kita kenal, pasti sebagian besar akan menjawab ya, atau setidaknya pernah mengalami cerita yang kedodoran saat disusun, terutama pada plot bagian tengah.
Saat mood lagi enak dan semangat sedang tinggi-tingginya, menulis cerita pun jadi proses yang enak. Kata demi kata terasa “mengalir”. Dengan mudahnya ide di kepala diubah menjadi rangkaian kalimat yang lambat-laun membentuk narasi yang bernyawa.
Stuck di Tengah Cerita?
Proses kreatif yang tadinya lancar bisa berubah saat memasuki bagian tengah cerita.
Apalagi, jika saat itu kita sedang dilanda stres (kerjaan di kantor menumpuk, ada “drama” dengan teman yang berlarut-larut, atau padatnya urusan sekolah anak.) Ini bisa juga terjadi ketika kita tengah menyusun cerita panjang dan memiliki plot kompleks.
Aksi, dialog dan deskripsi yang tadinya menjadikan cerita bergulir dengan jelas, mendadak kehilangan arah. Akibatnya, sebagai penulis, kita pun jadi bingung kapan menyudahi cerita tersebut.
Atau, yang paling parah, kita bahkan sudah nggak tahu tentang apa lagi isi cerita ini!
Solusi Agar Menulis Lancar Sampai Akhir
Jadi, apa yang sebaiknya penulis lakukan untuk menghindari kondisi stuck menulis seperti ini?
Agar cerita tidak kedodoran di tengah, sebelumnya penulis perlu merumuskan tujuan tokoh.
Tentukan apa yang ingin si tokoh setengah mati ingin capai dalam cerita tersebut.
Dan pastikan untuk melakukan ini (terutama pada tokoh utama) sebelum mulai menggarap naskahmu.
Yup, inilah hal esensial yang kerap dilewatkan penulis.
Baca juga: 3 Langkah Mengubah Ide Menjadi Cerita
Padahal, catatan singkat tentang apa motif dan tujuan tokoh ibarat kompas untuk cerita tersebut.
Dengan menentukannya, menyusun plot cerita maupun menggambarkan karakterisasi tokoh akan lebih jelas dan terarah. Proses mengembangkan cerita dari bab ke bab pun jadi lebih mudah.
Dulu saya tipe yang asal bablas saja pas sedang mood menulis. Tinggal tulis tanpa perencanaan apa-apa. Toh selama ini semua naskah bisa rampung dengan sukses tanpa banyak kendala.
Kesulitan ternyata mulai muncul ketika si sulung Harsya sudah lahir; saya tak lagi bisa menulis cerita dengan leluasa dan terus-menerus seperti masa sebelum punya anak. Alhasil, ide-ide malah tidak tersalurkan dan proses menulis pun kacau.
Pada kesempatan berikutnya (kali ini Harsya dan Nara sudah lebih besar dan kerjaannya ngajak main ibunya sepak bola melulu), saya stuck di bagian akhir kisah Lukisan Hujan!
Rasanya bingung banget bagaimana sebaiknya mengakhiri cerita yang saya tulis ulang itu, yang sudah banyak pembaruan di sana-sini. Padahal, saat itu deadline sudah di depan mata.
Setelah saya renungi baik-baik, saya paham bahwa sejak awal menulis, saya tidak mencantumkan apa yang menggerakkkan tokoh utamanya.
Penulis perlu memahami apa tujuan yang ingin tokohnya capai hingga cerita ini penting untuk digarap—dan diselesaikan.
Jadi, sebelum revisi kedua draf dimulai, saya pun membuat catatan kecil yang ternyata amat membantu ini:
Cerita: Lukisan Hujan
Tujuan Tokoh:
- Diaz: ingin melatih diri berinteraksi lebih hangat kepada perempuan agar bisa memenangkan hati Anggia, mantan kekasihnya.
- Sisy: ingin memiliki sosok laki-laki yang bisa menggantikan posisi mendiang kakaknya, Tezar, yang sudah meninggal karena sakit.
- Igo: ingin lepas dari bayang-bayang sahabatnya, Diaz, yang selama ini lebih populer di mata perempuan.
- Anggia: ingin bersama sosok lelaki hangat yang memperlakukannya bak seorang ratu.
Apakah perlu menuliskan tujuan seluruh tokoh yang muncul dalam cerita?
Menurut saya, tidak.
Cukup tokoh utama dan tokoh pembantu yang memegang peranan penting saja.
Setelah ini dilakukan, ternyata semua jadi jelas. Tahu ke mana cerita ini akan saya bawa.
Dan yang terpenting, penulis harus paham, kapan tujuan tersebut akhirnya tercapai—atau tidak tercapai—dan apa yang terjadi setelahnya.
Saat itulah, cerita dianggap sudah layak menemukan titik akhirnya.
Jadi, bagaimana menurutmu, pentingkah merumuskan tujuan tokoh utama saat menggarap cerita?
*) Feature image via mija_mija
Terimakasih mbak sudah membuat saya semakin semangat menulis atas semua tulisan mbak.
Saya cukup mengerti setelah memiliki waktu luang, parkir di Twitter Ibu, mendalami sisi teori dlm dunia tulis-menulis. Terima kasih Ibu.
Terima kasih buat tulisannya, Mbak Sitta. Ini agak memberi pencerahan padaku 🙂
Lovi – Sama-sama. Semoga lebih lancar ya proses kreatifnya 😉
Sukaaaa sama mbak Sitta Karina. Suka novelnya juga, carinya di priceza.co.id dan banyak banget pilihannya. Makasih yaaa…selain bisa kasih cerita OK, mbak Sitta juga ngasih tips nulis yg bisa banget kita contek, hehe… Semangat!
Makasih kak tipsnya. Saya jg lg nulis novel. Tapi berhenti di tengah jalan. Ternyata emang ini penyebabnya ^^ thanks a lot kak.
Diah – Sama-sama 🙂 semoga sekarang prosesnya lancar!
Jujur mbak, saya juga lagi belajar nih
Deddy – Coba deh. Menulisnya pun jadi lebih terarah 😀