5 Cara Menghilangkan Rasa Takut Berlebihan


blog sitta karina - cara menghilangkan rasa takut berlebihanRasa takut ternyata bisa dikendalikan.

Kehidupan sehari-hari masa kini, terutama di kota besar, membutuhkan perencanaan dan kesigapan tingkat tinggi.

Oleh karena itu, kita pun seringkali dalam kondisi alert sepanjang waktu—bahkan saat sedang tidur!

Dalam situasi seperti ini, ngerti dong kenapa para urban dweller kerap dijangkiti rasa takut berlebihan ketimbang mereka yang menjalani hidup lebih slow, di kota kecil misalnya.

Rasa takut yang muncul di tiap orang bisa beragam pemicunya.

Sebut saja takut kekurangan secara finansial, takut karier tidak OK, takut tidak dapat jodoh, takut tidak bisa mengurus keluarga dengan baik, sampai takut terhadap kematian.

Sebagai manusia, rasa takut merupakan perasaan yang lumrah terjadi, namun harus dijaga moderasinya.

Jika berlebihan maupun kekurangan, tentu akan mengganggu kelancaran aktivitas sehari-hari yang kita jalani.

Rasa takut bisa menjadi pendorong bagi kita untuk melakukan hal-hal hebat dan keluar dari zona nyaman.

Pengalaman Intan merupakan contoh sederhananya.

Karena takut skor TOEFL-nya jelek dan terancam tidak bisa mengikuti beasiswa untuk ambil S2 di Cleveland State Uni, ia yang selama ini terkenal cukup percaya diri mendadak diliputi rasa deg-degan yang kemudian bertransformasi jadi takut.

Baca juga: Burnout? Mungkin Kita Mengalami Ini (dan Bagaimana Cara Mengatasinya)

Awalnya, Intan tak mampu mengendalikan apalagi mengatasi perasaan baru yang makin lama makin mengganggu tersebut.

Namun, perlahan ia coba tenangkan diri agar mampu berpikir jernih dan mulai merenungi bagaimana semua itu muncul sampai akhirnya mampu menerapkan cara menghilangkan rasa takut berlebihan secara tepat:

1. Evaluasi rasa percaya diri

Bertambahnya rasa takut biasanya berbanding terbalik dengan kadar percaya diri kita. Coba renungi kembali, apa sumber ketakutan yang kita rasakan, lalu perlahan bangun kembali keyakinan yang kita miliki selama ini. Jika sadar ada yang perlu diperbaiki, lebih baik susun upaya pengembangan diri daripada merasa takut berlebihan.

2. Disalurkan, bukan dilampiaskan

Ketika merasa takut, reaksi spontan kita sering kali mencari pelampiasan. Padahal, selain itu berdampak sia-sia, menyalurkan rasa takut ke aktivitas positif justru membuat diri lebih terkendali. Misalnya, saat takut menghadapi perceraian orangtua

3. Realita tidak seburuk pikiran kita

Karena cemas (takut akan sesuatu yang belum terjadi), kita jadi membayangkan hal-hal buruk di kepala. Merencanakan untuk masa depan, boleh. Tetapi, jangan sampai merasa terlalu khawatir, karena yang terjadi di kenyataan sering kali tidak seburuk itu, kok. Prinsip saya: hope for the best, prepare for the worst 👌

4. Memiliki support system

Salah satu cara menghilangkan rasa takut, atau setidaknya mengurangi intensitasnya adalah memiliki teman berbagi yang kita percaya. Support system ini bisa berasal dari keluarga maupun sahabat. Untuk bisa memiliki sosok seperti ini, tentunya kita harus lebih dulu menjadi sosok yang baik dan amanah, dong 😉

5. Yakin bahwa semua sudah diatur oleh-Nya

Rasa takut berlebihan muncul karena jauh di dalam hati kita belum bisa menerima apa pun itu yang akan terjadi di masa mendatang. Kita hanya ingin semua nantinya berhasil dan baik-baik saja. Padahal, hidup tidak selalu semulus itu. Untuk mengikis ketakutan tersebut, latih diri untuk bersikap ikhlas, yaitu dengan meyakini bahwa segala hal terjadi atas izin dan kehendak Tuhan. Kita sebagai manusia hanya mampu berusaha semaksimal mungkin.

Satu hal yang mesti diperhatikan adalah rasa takut akan semakin menjadi-jadi ketika diri kita tengah diliputi stres mendalam.

Oleh karena itu, penting untuk lebih dulu untuk mengatasi rasa stres tersebut dalam kehidupan sehari-hari agar keduanya—stres dan rasa takut—tidak menjadi beban yang lebih berat lagi.

Nah, ketika mengalami kejadian tertentu seperti Intan, cara menghilangkan rasa takut seperti apa yang menurutmu ampuh dilakukan?

 

*) Feature image: hispotion.com



Leave a Comment

  • (will not be published)