Tak cukup hanya bergaji besar.
Saya teringat perkataan Ibu waktu duduk di bangku SD dulu,”Ayo rajin nabung, biar uangnya tambah banyak.”
Saat kita masih menjadi anak 7 tahun dengan hidup yang super simpel—jaman dahulu pula—nasihat itu memang relevan.
Namun, seiring bertambahnya usia, nasihat rajin menabung untuk mendapatkan uang banyak ternyata tak bisa diartikan segamblang itu.
Banyak faktor lain yang mesti diperhatikan.
Misalnya, Fiona menabung Rp100.000 per bulan untuk backpcking trip ke Bangkok 3 tahun lagi. Pada tahun ketiga, Fiona kaget karena setelah dihitung-hitung lagi, total biaya perjalanannya malah naik dari yang tadinya 3,6 juta menjadi 4,2 juta! Kenaikan biaya perjalanan itu terbesar disumbangkan oleh harga tiket pesawat dan rate penginapan.
Fiona kesal dengan kenyataan tersebut; kok harga-harga naik melulu, sih?
Kok sudah rajin menabung tapi nggak bisa mencapai tujuan liburan yang diinginkan? Jangan-jangan, uangnya selama ini malah tidak bertambah banyak! 🙁
Fiona bukan satu-satunya yang kaget sekaligus heran dengan fakta seputar keuangan dalam kehidupan sehari-hari. Ia cuma tahu kerja, cari uang, menabung, punya deposito, beli baju keren, terus liburan.
Lantas, kenapa ia tetap nggak bisa liburan walau sudah cukup rajin menyisihkan gajinya?
Cari Uang Banyak, Lalu Apa?
Sejak bangku SD, SMP, sampai akhirnya kerja, kita sebenarnya belajar tentang ilmu ekonomi. Sayangnya, pembelajaran tersebut menguap begitu saja setelah nilai bagus tercapai.
Padahal, banyak sekali ilmu ekonomi yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Contoh paling sederhana adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan atau finansial.
Ketika kita paham dan mampu menggabungkan aspek finansial ke dalam kehidupan, maka kita sudah melek finansial.
Melek finansial bukan semata tentang jago mencari uang, melainkan mahir mengelolanya sehingga menjadikan kehidupan lebih berkualitas.
Banyak orang menginginkan punya uang banyak, namun ketika ditanya lebih mendetail tujuannya, mereka hanya menjawab,”Pokoknya punya uang banyak. Biar jadi orang kaya.”
Baca juga: 6 Cara Mengatur Keuangan Pribadi yang Simpel tapi Penting
Hendaknya uang bukanlah menjadi tujuan, melainkan sebuah alat untuk mencapai tujuan kita.
Jadi, penting untuk mengetahui tujuan tersebut—secara umum, lebih terperinci, jangka pendek maupun jangka panjang—sebelum kita mengerahkan segala daya dan upaya untuk mencari nafkah, agar kita yang selalu memegang kendali atas uang dan bukan sebaliknya.
Manfaat Melek Finansial
Semakin bertambah usia, Fiona hidup dalam lingkungan yang cenderung tabu membahas keuangan secara terbuka.
Ada cap matre (materialistis) maupun “ini isu sensitif” yang membuatnya enggan bertanya ke Mama dan Papa, padahal ia penasaran kenapa orangtuanya pernah beberapa kali membeli tanah, lalu menjualnya bertahun-tahun kemudian.
Mama Fiona hanya berkata,”Pokoknya nanti kamu dan adikmu dapat warisan, Fi.”
Menjadi first-jobber dengan gaji pas-pasan tidaklah mudah bagi Fiona yang hidupnya terbiasa konsumtif. Namun, pengalaman gagal terbang ke Thailand membuka matanya untuk belajar lebih banyak hingga akhirnya ia pun melek finansial.
Banyak sekali manfaat yang dapat Fiona petik dengan menjadi sosok yang melek finansial, antara lain:
1. Mampu mengatur personal finance
Karena paham bahwa inflasi (kenaikan harga barang dan penurunan nilai mata uang) terus terjadi, ia berusaha mengatur keuangan pribadi dengan lebih baik lagi, tidak mudah berutang, dan tentunya jadi lebih disiplin dalam melunasi tagihan kartu kredit.
2. Tak mudah tergiur barang konsumtif
Seseorang yang melek finansial akan lebih bijak ketika mengelola keuangannya. Ia nggak mudah panik melihat sale di mana-mana dan lebih mampu mengendalikan social cost demi eksis dalam lingkaran pergaulannya. Ini karena dirinya mampu membedakan antara kebutuhan, keinginan, serta keinginan yang dibutuh-butuhkan 😀
3. Paham pentingnya berinvestasi
Ketika sudah berdaya mengatur keuangan pribadi (dan mengalokasikan dana liburan), Fiona tahu bahwa ia nggak selamanya kerja, kerja, dan kerja! Suatu saat ia ingin bisa pensiun dengan uang di rekening yang mampu menyokong kehidupan masa tuanya. Oleh karena itu, ia pun berinvestasi tanpa menunggu gajinya sampai 2 digit!
4. Belajar terus demi hidup sejahtera
Sadar bahwa banyak ilmu tentang literasi keuangan yang terus berkembang, Fiona tak henti belajar dan mencari referensi baru yang tepercaya. Ia tahu hidup sejahtera tak bisa digapai secara instan, namun bisa diupayakan secara bertahap sejak gajinya masih terbilang kecil seperti sekarang.
Dari sejumlah manfaat di atas, kini jadi mengerti ‘kan kenapa menjadikan diri melek finansial serta terus mengasah literasi keuangan merupakan sesuatu yang penting.
Demi kualitas hidup masa kini dan mendatang yang lebih baik, yuk pelajari aspek keuangan dalam kehidupan sehari-hari mulai sekarang 😉
*) Feature image: @mansurgavriel
One Response