Masih pagi tapi badan rasanya rontok.
Kita baru saja memulai hari, namun belum-belum terasa lelah dan mudah mengantuk. Badan terasa nggak bertenaga dan pikiran sulit berkonsentrasi. Padahal, hari ini (seperti juga hari-hari sebelumnya) kita mesti mampu bekerja optimal agar kegiatan lancar.
Pernah nggak kamu merasa seperti itu?
Jika jawabannya ya, kamu nggak sendiri!
Kondisi seperti ini lazim terjadi bagi mereka yang merasa hidupnya baik-baik saja, sehat-sehat saja, padahal sebenarnya tidak.
Kondisi yang dulu merupakan bagian dari hari-hari saya saat masih doyan begadang, merokok, dan sesekali jadi social drinker.
Alhasil, saat weekend badan malah rontok. Boro-boro mau menerapkan self-care bermakna, bangun tidur saja rasanya sulit. Belum lagi tubuh terasa gatal-gatal setelah mereguk Corona, karena ternyata saya alergi terhadap bir!
Lantas, bagaimana dengan mereka yang tidak merokok maupun minum beralkohol, tapi tetap merasa badan cepat capek?
Buruknya Konsekuensi Hidup Autopilot
Cara kita hidup dan menjalani aktivitas sehari-hari sangat dipengaruhi dengan cara dan nilai-nilai yang selama ini dibiasakan dalam keluarga.
Termasuk di dalamnya: bagaimana—dan apa—yang kita makan, cara kita istirahat, serta pandangan kita tentang pengertian sehat secara menyeluruh.
Sayangnya, masih banyak keluarga yang hidup “autopilot”, yakni, membiarkan hidup mengalir begitu saja tanpa memiliki rencana, aksi, dan evaluasi yang jelas terhadap apa yang dijalani selama ini.
Tanpa disadari, kebiasaan tersebut akhirnya diwariskan ke anak-anak mereka.
Contoh paling sederhana soal kebiasaan makan berikut:
7.30 sereal, kopi
9.00 roti keju
10.00 gorengan
12.30 nasi, ayam crispy, potongan semangka
14.30 keripik kentang, kopi
16.00 dimsum, teh manis
18.30 cheeseburger, salad, soda
20.30 granola bar
22.00 mie goreng
Familier dengan daftar menu seperti ini?
Karena sudah menyantap buah dan salad, sering kali kita merasa pola makan sehari-hari sudah sehat.
Padahal, kalau dilihat lebih detail, sebagian besar yang masuk ke dalam perut justru karbohidrat sederhana (sereal, roti, nasi, keripik kentang, gorengan, dll). Ini tak lain jenis carbs yang cepat menaikkan gula darah pula hingga kita mudah merasa lapar lagi.
Jalani kebiasaan ini selama bertahun-tahun, tanpa terasa berat pun bertambah dan badan jadi nggak segesit biasanya. Gejala lain yang timbul adalah badan cepat capek dan, tentunya, jadi mudah sakit.
Mau ikuti begitu saja gaya hidup autopilot yang diwariskan tanpa sadar oleh keluarga?
Yuk, kaji ulang lagi.
Penyebab Umum Badan Cepat Capek
Jika sebagian besar waktu kita merasa mudah lelah dan pusing, padahal intensitas kesibukan tidak terlalu tinggi (dan sedang tidak haid), kemungkinan penyebabnya berasal dari faktor gaya hidup dan kondisi psikologis. Bukannya kondisi medis.
Seperti yang Maudy alami.
Baca juga: 7 Cara Menjaga Kesehatan Agar Tidak Mudah Sakit
Belakangan Maudy bingung dengan rasa capek yang menghantuinya. Padahal, selama ini rata-rata durasi tidurnya tiap malam 6-7 jam. Ternyata setelah diamati, dua bulan terakhir ini kesibukan Maudy meningkat drastis: mulai dari kantornya yang baru menang tender besar sampai dirinya ikutan jadi panitia inti resepsi pernikahan sepupunya.
Jadi, sebelum kita panik dan buru-buru ke dokter, coba cek 6 hal paling umum yang menyebabkan badan cepat capek berikut ini:
1. Pola makan tidak sehat
Makanan junk food maupun yang diproses berkali-kali biasanya minim gizi tapi besar kandungan kalorinya.
Jika sering menyantap junk fodd, badan akan kekurangan gizi namun kelebihan kalori (menjadi lebih gemuk).
Selain itu, metabolisme tubuh pun ikut jadi kacau dan mengakibatkan kita merasa tidak berenergi.
2. Stres
Stres membuat pikiran sekaligus tubuh capek. Saat stres, produksi hormon kortisol melonjak dan mengakibatkan kita sulit tidur di malam hari walau tubuh letih setelah beraktivitas seharian. Akibatnya, esok hari pun tubuh menjadi jauh lebih capek dari sebelumnya.
3. Dehidrasi
Dehidrasi atau kurangnya asupan cairan dapat menyebabkan kelelahan. Saat tubuh kekurangan cairan, organ tubuh membutuhkan energi ekstra untuk bisa bekerja dengan baik. Ini yang bikin badan cepat capek!
4. Kurang bergerak
Hidup sedentary (sering duduk) bikin level energi kita jadi melempem. Oleh karena itu, penting agar membiasakan diri berolahraga secara rutin. Nah, bagaimana jika tidak sempat? Perbanyak aktivitas fisik, misalnya memilih berjalan kaki ke halte ketimbang naik ojek.
5. Kurang asupan protein
Mudah lapar dan mudah lelah? Coba cek deh berapa banyak asupan protein kita tiap harinya. Idealnya, kita menyantap 0,8 gram protein untuk setiap kilogram berat badan. Fungsi penting lain dari cukup makan sumber protein adalah memiliki daya tahan tubuh yang kuat.
6. Begadang
Ini penyebab yang sepertinya tidak perlu dijelaskan panjang-lebar lagi. Sesekali begadang, tubuh masih bisa mengatasinya. Tapi, jika kitanya “bandel”, kondisi badan cepat capek nggak mungkin terhindari!
7. Merokok
Banyak yang mulai menjalani gaya hidup lebih sehat, mulai dari diet mayo sampai rutin lari 1K, tapi kebiasaan merokok jalan terus. Tentu saja ini akan membebani kerja jantung, juga tubuh, secara menyeluruh. Bayangkan, agar dapat berfungsi optimal, tubuh membutuhkan oksigen tapi yang masuk malah asap rokok! Nggak heran, merokok merupakan salah satu penyebab kelelahan.
Nggak cuma disebabkan faktor-faktor umum, tubuh mudah lelah bisa jadi gejala penyakit serius.
Lantas, kapan kita harus segera memeriksakan diri ke dokter?
Saat kita sudah mengalami kondisi badan cepat capek selama berbulan-bulan, atau ketika tubuh mendadak kelelahan berat tanpa sebab jelas.
Selain itu, ketika kita mengalami kondisi darurat seperti sesak nafas dan sakit kepala yang menusuk sebaiknya langsung periksakan diri ke instalasi UGD.
Pernah mengalami kondisi badan cepat capek?
Apa yang kamu lakukan untuk mengatasinya hingga kembali fit?
*) Feature image: Tamara Bellis via Unsplash