Tak lagi bilang,”Nanti aja, deh!”
Dalam kehidupan sehari-hari, rasanya mudah sekali kita menunda pekerjaan maupun kegiatan simpel yang semestinya dilakukan sejam atau bahkan sepuluh menit yang lalu.
Kebiasaan ini tak hanya terjadi pada lingkup pekerjaan profesional, melainkan menyangkut urusan pribadi maupun rumah tangga.
Ayesha yang masih kuliah paling suka jadwal hari Kamis. Pada hari itu ia hanya ambil kelas jam sembilan pagi. Sisanya, ia punya waktu luang sehariab untuk mengoptimalkan kinerja toko online miliknya. Namun, sering kali hal tersebut hanya tinggal niatan lantaran Ayesha malah keasyikan bermain media sosial.
Margo punya cerita yang mirip. Di kantor, ia cukup sibuk dengan setumpuk pekerjaan administrasi yang sebenarnya bisa diselesaikan dalam sehari, seandainya dirinya tidak keseringan browsing buat belanja online.
Beda lagi dengan Utina yang sehari-harinya sibuk mengurus tiga anak yang kini duduk di bangku kelas 5, 3, dan 1 sambil menyempatkan berolahraga di gym dekat sekolah mereka. Inginnya sih bisa workout sejam 3x dalam seminggu demi #BodyGoals. Tapi, tiap sampai gym, ia kerap bablas ngobrol dengan beberapa teman baru di sana hingga latihannya cuma bisa 30 menit. Saat melirik arloji, ternyata sudah waktunya menjemput si bungsu!
Baca juga: Kiat Penting Agar Tidak Kewalahan Tiap Hari
Ayesha, Margo, dan Utina tak lain diri kita dalam realita kehidupan.
Sosok yang sering kali ngomong “Sebentar lagi, ah!” sambil menunda pekerjaan yang sebenarnya bisa segera rampung.
Mereka—juga kita—sudah menyusun jadwal dan rencana untuk hari esok, kok. Zaman sesibuk sekarang nggak mungkin ‘kan hidup autopilot atau sekadar “go with the flow”?
Tapi, ada saja membuat kita enggan atau bahkan malas memulainya.
Ternyata kebiasaan menunda pekerjaan sebenarnya bukan masalah produktivitas, melainkan masalah emosional atau dilatarbelakangi perasaan negatif.
Ada sesuatu di dalam hati yang membuat kita memilih mengerjakan hal lain (yang jelas-jelas kurang penting) daripada menyelesaikan sesuai to-do list.
Lantas, bagaimana cara mengatasi masalah emosional ini agar kita tak lagi menunda-nunda pekerjaan?
Ingat kembali konsekuensi menunda
Dengan menyadari akibat dari tindakan menunda-nunda, kita tidak begitu saja melakukan sesuatu sesuka diri yang malah menyebabkan kerugian di masa mendatang.
Rangkul ketidaksempurnaan
Salah satu alasan utama menunda pekerjaan adalah jauh di dalam hati kita takut hasil dari yang kita kerjakan tidak akan sebagus itu. Selama kita ngotot mengejar kesempurnaan, keinginan untuk menunda pun kian besar.
Identifikasi perasaan
Kita menunda sesuatu karena dilatarbelakangi emosi negatif yang diam-diam merayapi hati. Margo tidak segera menyelesaikan pekerjaan karena takut hasilnya tidak sesuai harapan bos. Sedangkan, Utina kerap menunda full-body workout rutinnya lantaran merasa latihannya kurang intens demi mencapai body goals setelah melahirkan tiga anak.
Maafkan diri
Kita berbuat salah, menyadari, dan sering kali tetap mengulangi kesalahan yang sama. Always be a little kinder to yourself. Maafkan diri, termasuk kebiasaan kerap menunda dan perasaan belum menerima diri seutuhnya. Bersikap keras dan tanpa ampun malah membuat diri semakin tidak termotivasi.
Mulai kerjakan
Dengan rasa percaya diri dan emosi yang lebih tertata, ayo mulai kerjakan yang mesti dikerjakan saat ini. Selesaikan yang ada di depan mata dulu tanpa overthinking 🙂
Setelah mampu menyelami perasaan dan mengetahui penyebab menunda, biasakan menerapkan ini tiap kali kita enggan memulai sesuatu.
Dengan begitu, kita semakin lihai mengatasi kendala di dalam hati dan pekerjaan pun jadi terselesaikan sesuai rencana.
Apakah kamu cukup sering menunda melakukan pekerjaan penting?
Apa saja yang sudah diterapkan agar kebiasaan ini bisa diatasi?
*) Feature image: Michael Kors