10 Cara Mengatasi Rasa Bosan Saat Karantina di Masa Pandemi Corona


blog sittakarina - cara mengatasi rasa bosan karantina pandemi coronaSudah hari ke berapa #dirumahaja?

Sejak awal diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada masa pandemi Corona, sebagian besar aktivitas kita dilakukan dari rumah. Istilah “work from home” dan “study from home” merupakan sesuatu yang semakin biasa terdengar.

Pada minggu-minggu awal penerapan karantina wilayah, rasanya excited dong 😄… akhirnya kita bisa merasakan remote working seperti yang diidam-idamkan selama ini. Terus, nggak perlu lagi bangun terlalu pagi, berdesak-desakan di KRL, maupun bertemu kolega tukang bikin drama tiap hari di kantor!

Namun, setelah sebulan, bahkan dua bulan berlalu, kita pun mulai merasa jenuh dan tidak nyaman.

Segala cara mengatasi bosan diupayakan, namun malah menjadi kontraproduktif.

Tak hanya itu, rasa cemas berlebihan atau anxiety akibat meningkatnya kasus positif Covid-19 dan gelombang PHK yang disebabkan juga semakin menjadi-jadi.

Akibatnya, kita jadi melakukan hal-hal tidak rasional demi menenangkan diri agar tidak jadi lebih stres—belanja online hal-hal di luar kebutuhan, misalnya—yang bikin kondisi keuangan pribadi berantakan.

Menjalani karantina di situasi darurat seperti masa pandemi Corona memang sangat tidak mudah bagi semua kalangan, apalagi ketika rasa bosan, stres, panik, dan cemas berpadu jadi satu.

Baca juga: 5 Cara Agar Produktif dalam Kehidupan Sehari-hari

Lantas, apa lagi cara mengatasi rasa bosan yang bisa kita lakukan untuk menghadapi ketidakpastian situasi darurat tersebut?

Berikut sederet langkah yang bisa kita lakukan untuk mengisi waktu seharian di rumah:

1. Lakukan kegiatan yang tertunda

Sebelum pandemi terjadi, tanpa disadari hari-hari kita amat sibuk. Banyak hal yang ingin dilakukan, tetapi waktu tidak mengizinkan. Valeska ingin sekali mulai menulis cerita lagi seperti zaman kuliah, tetapi kerjaannya sebagai konsultan sangat menyita waktu. Ketika kantornya menerapkan WFH, ternyata waktu kerja Valeska pun jadi lebih efisien dan ia memiliki waktu luang mulai pukul 17.00—tiap harinya!

2. Buat rutinitas bermakna

Masa awal karantina pribadi bisa jadi ajang malas-malasan sedunia! Namun ketika kebiasaan ini bablas, kita jadi mudah merasa jenuh lantaran tidak memiliki target dan tujuan yang jelas dalam menjalani hari.

Karena pada dasarnya manusia menyukai keteraturan, ia butuh jadwal dan kebiasaan dalam beraktivitas.

Coba susun rutinitas baru yang tak hanya memiliki tujuan jelas, tetapi juga berdampak baik bagi tubuh dan jiwa kita.

3. Coba hal baru

Kondisi baru mendorong kita mencoba hal-hal baru yang selama ini tidak pernah dilakukan, atau bahkan terpikirkan. Randya yang selama tinggal di kost cuma mampir ke warteg maupun pesan makanan via ojek online, kini tertarik memasak setelah membeli panci elektrik serbaguna. Ternyata memasak bukan sesuatu yang mustahil buat dipelajari, bisa menghemat uang pula!

4. Bersinergi dengan orang rumah

Bagi yang tidak tinggal sendiri, karantina di rumah berarti akan bertemu orang rumah secara terus-menerus.

Di satu sisi, kita jadi nggak merasa kesepian. Namun, di sisi lain, interaksi tiada jeda tersebut berpotensi memunculkan friksi dan kesalahpahaman.

Agar tetap nyaman, dibutuhkan rasa saling mengerti dan menghargai yang lebih tinggi lagi antar tiap anggota keluarga. Dan, jangan lupa beri ruang saat salah satu ingin sendiri dulu.

Baca juga: 6 Cara Hidup Sehat Agar Tidak Mudah Sakit

5. Jaga pola makan sehat

Menjaga daya tahan tubuh tetap prima di masa pandemi merupakan top priority kita saat ini. Dengan lebih banyak waktu di rumah, kita jadi bisa mengatur menu sehari-hari yang lebih padat gizi dan mengurangi kebiasaan jajan. Tak hanya berdampak bagi kesehatan, pola makan yang baik ternyata mempengaruhi mood untuk menjalani aktivitas.

blog sitta karina - cara mengatasi rasa bosan saat karantina pandemi coronaFoto via @urbanoutfitters

6. Tetap aktif berolahraga

Menjalani hari-hari #dirumahaja bukan berarti diisi dengan rebahan melulu. Justru ini waktu yang tepat untuk mendisiplinkan diri berolahraga secara teratur. Tanpa disadari, kondisi karantina pribadi membuat kita tak lagi seaktif biasanya. Dulu kita kerap berjalan ke stasiun, turun tangga untuk meeting di lantai bawah, serta cekatan bolak-balik ke kedai kopi favorit mengenakan high heels. Kini, hampir seharian kita hanya duduk di depan laptop dan mobilisasi terjauh hanya sebatas berjalan ke kulkas. Untuk menghindari masalah kesehatan di kemudian hari, penting untuk tetap bergerak aktif… mulai dari sekarang!

7. Ubah cara pandang

Dari yang awalnya marah dan takut tiada akhir, kini kita lebih legowo menghadapi krisis di masa pandemi (sambil sesekali mengumpat dalam hati, sih). Saat rasa bosan mulai menyerang, yakinkan diri bahwa:

We’re not stuck at home, we’re safe at home.

Tak hanya di sekeliling kita, yuk lihat lebih jauh lagi… para nakes yang berjuang keras demi kesembuhan pasien, juga orang-orang yang bertahan hidup di tengah gelombang PHK dan menurunnya daya beli masyarakat. Semua itu hendaknya mampu membuka mata dan mengubah cara panjang kita jadi lebih bijak.

8. Tak henti beradaptasi

Perubahan selalu menuntut penyesuaian diri, terutama di masa krisis seperti sekarang. Fokus untuk bersikap fleksibel dan mampu beradaptasi ternyata hal yang cukup menguras energi dan membuat kita tak sempat berkeluh kesah soal rasa bosan.

Lebih dari itu, sikap adaptif menghadapi the new normal yang akan menjadi penentu apakah kita mampu bertahan pada masa ini maupun setelahnya.

9. Jangan kehilangan harapan

Kita kerap mudah pesimis menghadapi situasi buruk dan ketidakpastian. Menjaga harapan tetap menyala penting dilakukan agar kita tetap bersemangat menjalani aktivitas walau jauh dari kondisi ideal. Semangat yang ada ini, meski tidak perlu menggebu-gebu, membuat kita tak sempat berlama-lama didera rasa bosan. Remember, this too shall pass!

10. Bersyukur

Dari semua sikap yang perlu kita pegang teguh adalah meyakini bahwa semua di alam semesta terjadi sesuai dengan aturan dan kehendak-Nya. Selalu ada hal yang bisa kita apresiasi dan syukuri sebagai berkah hari ini, meski terlihat kecil dan remeh, jika kita berkenan melihatnya.

Dari yang saya amati selama ini, orang yang bersyukur biasanya tidak akan berlama-lama tenggelam dalam rasa bosan.

Ia akan berusaha keluar dari perasaan itu, melihat dengan lebih jernih, dan berhenti mencari pembenaran untuk memuaskan ego semata. Ini tak lain karena ia menyadari bahwa di balik segala kesulitan yang ada, hidup itu sendiri adalah sebuah berkah sekaligus kesempatan untuk menjadi sosok yang lebih baik lagi.

Cara mengatasi rasa bosan di atas sekilas sederhana, namun pada kenyataannya cukup menantang untuk dijalankan. Di saat menata hati untuk beradaptasi dengan kondisi baru, pada saat bersamaan, terkadang kita pun mesti ikut berperan menyemangati anggota keluarga lain di sekitar kita.

Menurut kamu, apa yang paling berperan dalam mengatasi masalah ini?

Apakah cukup dengan mengerjakan hal-hal baru yang seru, atau mesti sekalian mengubah paradigma?

 

*) Feature image: Reading My Tea Leaves



Leave a Comment

  • (will not be published)


2 Responses

  1. No. 1 penting banget, Kak. Semenjak kerja di rumah memang jadi punya lebih banyak waktu. Namun, tetap time management nggak kalah penting. Jangan sampai kita mengabaikan kesehatan demi melakukan banyak kegiatan terus-menerus.

    Reply